Transformasi Digital: Kebutuhan Masa Kini
Halmahera Utara – Pandemi Covid-19 telah meningkatkan aktivitas daring masyarakat dan mendorong akselerasi perkembangan transformasi digital di Indonesia. Transformasi digital memang bukan lagi menjadi opsi melainkan sudah menjadi mandatory atau suatu hal yang wajib saat ini.
Contoh paling nyata dari transformasi digital ada di dekat kita. Sebut saja layanan ojek daring, belanja daring, hingga yang belakangan ini paling sering kita gunakan: komunikasi jarak jauh melalui internet. Dulu, sebelum kecanggihan ini hadir di tengah-tengah kita, kita harus ke pangkalan ojek dahulu untuk naik ojek.
Menurut Oscar Bertho Mene, Kabid Pendapatan Badan Keuangan Halmahera Utara, untuk sektor ekonomi transformasi digital ini merupakan hal yang wajib. Bukan tanpa alasan, hal ini sejalan dengan misi Indonesia Maju 2045. Dimana Indonesia menjadi salah satu negara yang diproyeksikan menjadi satu dari 5 raksasa ekonomi dunia dengan total Produk Domestik Bruto (PDB) 7 triliun US Dollar.
Lalu apa yang perlu disiapkan untuk mewujudkan misi tersebut? Tentunya sebuah ekosistem digital yang tangguh. Tak kalah penting, digital skill masyarakat harus ditingkatkan dan diberdayakan.
“Ada beberapa hal yang perlu dilakukan terhadap transformasi digital. Pertama, harus ada perubahan secara mendasar dari kebiasaan sebelumnya. Dengan cara baru yang out of the box dan menggunakan teknologi digital. Kedua, transformasi digital berdampak pada inovasi, efisiensi, kolaborasi, dan akuntabilitas. Ketiga, transformasi digital akan mengubah segala sesuatu secara mendasar,” papar Oscar dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Senin (26/7/2021).
Latar belakang perubahan ini terlihat dari kebiasaan konvensional yang perlahan berubah menjadi online. Kemudian, kaitannya dengan ekonomi digital karena Indonesia berada pada posisi utama dalam pengembangan ekonomi digital.
“Syarat teknis dari transformasi digital ini juga diperlukan setiap individu agar bisa memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Di antaranya, penguasaan teknologi digital, kemampuan mendapatkan big data, serta kemampuan menganalisa big data. Dalam penguasaan teknologi digital ini diperlukan juga jaringan internet dan hardwarenya,” jelasnya.
Kemampuan mendapatkan big data ini memiliki banyak fungsi. Di antaranya dapat digunakan sebagai layanan publik. Selain itu, dalam instansi big data juga digunakan untuk kolaborasi. Misalnya, antara pemerintah dan pihak swasta.
Ia mengatakan, kemampuan mengolah dan menganalisa big data ini diperlukan agar data-data tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Salah satu masalah yang dihadapi ialah kesulitan mengolah informasi tersebut dan tentu berdampak negatif. Ia mengatakan, di Halmahera Utara sendiri masih menggunakan traditional research. Di era digital ini, kemampuan yang seharusnya digunakan ialah machine learning. Misalnya, segala sesuatunya banyak dilakukan secara paperless.
Oleh karena itu, fase transformasi digital yang saat ini dialami oleh Indonesia memiliki potensi tinggi terhadap berkembangnya ekonomi digital. Tentu saja hal ini tergantung pada pemanfaatan dan kemampuan individunya terhadap perubahan digital yang ada. Selain itu, perlunya pencegahan terhadap dampak negatif dari broadband itu sendiri agar pengembangan ekosistem digital Indonesia dapat dilakukan secara maksimal.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Senin (26/7/2021) juga menghadirkan pembicara, Ody Waji (CEO Waji Travest & Co Founder 3C COMM), Sriwahyuni Tamrin (Penulis Muda Halmahera Utara), dan Nata Gein.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.