Kolaborasi di Ruang Digital Akan Melahirkan Ide Baru
Kupang – Seperti mata uang, media sosial memiliki dua sisi, sisi yang satu bisa sangat bermanfaat dan mendukung kehidupan penggunanya. Sementara sisi lainnya bisa mudah melukai jika penggunanya tidak bijak mempergunakannya.
Bijak menggunakan media sosial didasarkan pada etika yang harus diterapkan dala aktivitas di dunia maya. Nannette Jacobus, seorang Aktivitas Kemanusiaan dan Content Creator, mengatakan bahwa berinteraksi di media sosial itu ada etika dasarnya.
“Salah satu etika dasar bijak di media sosial adalah menghargai perbedaan, menjaga kesopanan dan berempati,” ujar Nannette dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis 12 Agustus 2021.
Selain itu, lanjut Nannette, yang juga penting dilakukan dalam bermedsos adalah menjauhi SARA dan harus berusaha menyebar pesan positif dan memenuhi ruang digital dengan hal positif. Pengguna internet juga mengupayakan untuk memutus mata rantai penyebaran hoaks, serta selalu waspada sisi keamanannya dengan tidak terlalu mengekspose hal yang terlalu pribadi dan juga data diri di media sosial.
Nannette mewanti-wanti agar tiap pengguna internet menjaga jarinya sebelum meunggah konten, mengomentari ataupun sharing sesuatu. Ada orang di luar sana yang harus dijaga perasannya. Medsos penuh dengan orang-orang dari berbagai wilayah. “Ingatlah bahwa komentar kita akan diingat orang 10 atau puluahn tahun yang akan datang,” imbuhnya.
Selain itu, jangan remehkan siapa diri kita di internet walaupun kita tak punya follower sebanyak publik figure lainnya. “Kadang orang meremehkan arti penting diri sendiri dan asal saja mengunggah atau mengomentari sesuatu di media sosial dengan berkata ‘ahh, siapa sih diri kita,” jelasnya.
Menurutnya, semua orang termasuk kita punya power of influence atau kekuatan untuk mempengaruhi orang lain walaupun kita hanya punya dua follower misalnya, tidak hanya artis yang followernya jutaan. Kesopanan juga perlu diterapkan di dunia digital dengan selalu berupaya meningkatkan literasi digital.
Yang juga perlu untuk ditingkatkan dalam memanfaatkan penggunaan internet khususnya di media sosial adalah berkolaborasi. Karena kolabotasi menciptakan ruang kreativitas yang baru untuk membuka peluang berkembang lebih baik. “Ada ungkapan mengatakan jika ingin jalan di tempat bisa sendiri tapi jika ingin berjalan lebih jauh maka jalanlah bersama-sama,” jelasnya.
Untuk berkolaborasi maka penting dilakukan adalah menjalin komunitas yang memiliki ketertarikan minat yang sama. Jika memiliki ketertarikan yang sama maka akan lebih mudah menyamakan visi misi untuk mencapai tujuan bersama.
“Kalau berkolaborasi maka akan lahir ide baru karena dengan didasarkan pada kesamaan visi dan misi. Jika kita berkumpul dengan orang yang sama dan tujuan sama maka bisa menghasilkan sesuatu yang lebih fresh dan menghasilkan konten otentik,” katanya.
Komunitas ini dikatakannya juga amat dibutuhkan oleh brand-brand yang ingin mempromosikan produknya. Menurut pengalaman menunjukkan bahwa brand-brand yang dapat bertahan adalah brand yang sudah bekerja dengan komunitas.
Selain itu untuk meraih atensi para pengguna internet lainnya adalah fokus dengan kualitas postingan kita masing-masing yang dibuat dengan konsistensi. Sebab konsistensi penting agar audience sadar dan tertarik dengan kehadiran kita.
Selain Nannette, juga hadir pembicara lainnya yaitu Grace M Moulina, Head of Marcomm Financial Company, Abdul Syukur, S.Pd, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FKIP Universitas Nusa Cendana dan Chika Mailoa sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.