Tanpa Izin, Fasilitas Penunjang Bisnis Pariwisata di Pantai Bingin Dibongkar Paksa

0

Kabardenpasar – Ketakutan warga yang mencari nafkah di pantai Bingin Pecatu, Kuta selatan kabupaten Badung Bali akhirnya terjadi. Pemerintah daerah Bali mulai melakukan pembongkaran fasilitas pariwisata yang ada di sudut pantai Bingin, salah satunya yakni Morabito, Senin 22 Juli 2025.

Proses pembongkaran disaksikan langsung gubernur Bali Wayan Koster dan Bupati kabupaten Bandung Wayan Adi Arnawa juga Ketua DPRD Bali, Dewa Mahayadnya.

Meski ada penolakan dari warga dan para karyawan yang bekerja ditempat tersebut namun tidak menghalangi tim untuk melakukan pembongkaran bangunan restoran yang dominan berwarna biru tersebut.

Tokoh masyarakat Pantai Bingin Nyoman Musadi mengatakan, sebelumnya sebanyak 45 bangunan di Pantai Bingin menerima surat perintah pembongkaran karena pelanggaran tata ruang. “Pembongkaran ini mengancam mata pencaharian 45 pemilik warung tradisional dan keluarganya. Mereka berasal dari kawasan ini. Bahkan lansia pun mereka masih mencari nafkah di wilayah Pantai Bingin,” ujarnya.

Ditambahkan, alasan pembongkaran yakni pelanggaran tata ruang, penggunaan lahan, isu lingkungan, dan dugaan tindak pidana penyerobotan lahan. Namun ia menilai ini merupakan penegakan hukum yang tebang pilih karena hanya menyasar usaha lokal, sementara proyek besar lainnya tetap tak tersentuh.

“Ada yang sedang memperkaya diri dari investasi asing yang ingin membersihkan lahan untuk pembangunan resor. Sementara kawasan lain seperti Jimbaran, Balangan, dan resor Uluwatu dengan zonasi serupa tidak menghadapi ancaman pembongkaran mendesak,” keluhnya.

Tagline Pantai Bingin adalah ‘Bali First’ yang berarti melindungi mereka yang telah membangun surga ini sebelum dijual ke penawar tertinggi.

Namun yang perlu diperhatikan adalah Pantai Bingin terancamnya warisan Warung Tradisional dimana dalam warung tersebut bukan hanya tempat usaha tetapi sudah menjadi bagian dari warisan budaya.

“Keluarga lintas generasi terancam terusir dari tanah pesisir leluhur. Komunitas ini terdiri dari anak-anak, cucu-cucu yang juga perlu makan, dampaknya meluas ke jaringan keluarga,” ujarnya. Sebagai masyarakat lokal yang berasal dari sini, para orang tua kami masih menggantungkan hidupnya di Pantai Bingin. Jika usaha kami ditutup atau dibongkar, bagaimana nasib kami?,” Tutupnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *