Cagub Koster Minta Kontroversi Reklamasi Teluk Benoa Diakhiri
GIANYAR – Calon Gubernur Bali yang diusung PDI Perjuangan Wayan Koster meminta semua pihak untuk mengakhiri perdebatan isu reklamasi Teluk Benoa yang terus menuai kontroversi dinilai kurang menguntungkan bagi pembangunan Bali ke depan.
Dalam pandangan Koster, kontroversi isu tersebut hanya melahirkan konflik antarmasyarakat. Sejatinya isu reklamasi Teluk Benoa yang bertahun-tahun bergulir di masyarakat sebagai masalah yang kecil.
Sudah jelas dalam konsep pembangunan bersandarkan pada Tri Hita Karana, pembangunan di Bali, jangan sampai mengeksploitasi alam. Jika tidak mematuhinya, maka akan terkutuk menerima dampaknya.
Menurutnya, jika pembangunan merusak alam, bukan kesejahteraan manusia yang didapat namun sebaliknya, kesengsaraan, bencana.
“Karenanya, jangan merusak alam, kalau tidak mematuhi terkutuk, tidak akan menemukan kesalamatan,” tandasnya saat mesimakrama dengan ratusan kader PDI Perjuangan, berbagai elemen masyarakat, tokoh agama dan masyarakat lainnya di Wantilan Pura Jaba Samuan Tiga, Bedulu, Blahbatuh Gianyar, Kamis (8/2/2018).
Dia mengingatkan, jangan sekali kali-kali hidup senang dari merusak alam sebab kalau tidak mematuhinya akan terkena kutuk.
Yang lebih memprihatinkan lagi, akibat kontroversi tersebut menjadikan masyarakat Bali saling bertengkar sesama saudara.
Terjadilan sekarang, kata Koster, akibat isu di Tanjung Benoa yang melahirkan pro dan kontra akhirnya bertengkar sesama.
Jika semua kembali berpijak menjalankan konsep Satkerti dan melaksanakannya yakni memelihara, menjaga keseimbangan alam, manusia dan budayanya, maka masalah reklamasi Teluk Benoa sudah selesai.
“Sudah deh, berhenti kita bicara Reklamasi di Teluk Benoa, tidak perlu kita dalam posisi berhadap-hadapan, dalam posisi menerima atau menolak, sudah tidak perlu dibicarakan lagi, kalau saya gubernur, selesai sudah, dalam hal ini, ” tandasnya disambut applaus hadirin.
Ia meminta masyarakat, tidak perlu lagi meributkan lagi, apakah soal Perpres, kelayakan Kajian Ekonomi, Kajiam Amdal dan lainnya.
“Bagi Bali, itu semua tidaklah cukup. Itu, semua syarat belum cukup, syarat penentu yang membuat dia tidak cukup adalah alam skala dan niskala, suci dan kesucian,” tegasnya dalam acara yang dihadiri Cawagub Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (cok Ace) dan para tokoh puri berpengaruh di Bali itu.
Diingatkan, dalam mamandnag alam Bali, tidak sama dengan cara memandang Jakarta, Sumatra atau Kalimantan. Sebab, di Bali ada yang mistik sehingga itu yang membedakan dengan daerah lainnya di Tanah Air.
“Kecuali ada yang membuktikan tempat itu Tanjung Benoa, bukan wilayah susi atau yang disucikan, siapa yang sanggup membuktikan, bahwa tempat itu bukan tempat suci atau disucikan,” tandasnya.
Bagi Koster, hal itu tidak perlu diurus lagi. Cukup menyatakan bahwa wilayah itu tempat yang disucikan maka selesai sudah semua masalahnya.
Yang perlu dilakukan, bagaiamana menjaganya, memelihara atau merapikannnya maka masalahnya sudah pasti seleai.
“Kalau ada yang debat-debat soal Tanjung Benoa (reklamasi) kecil buat saya, betul dengan konsep ini Bali secara keseluruhan yang kita jaga, itu kan di kaki kecil, dengan konsep ini, maka Bali dengan tatanan yang kita jaga,” katanya menegaskan.
Dengan sikap tegasnya itu, maka Koster meminta agar isu tersebut diakhiri. Dengan konsep yang ditawarkan dalam menjaga Bali yang lebih besar jauh lebih penting ketimbang terus terlibat dalam ketegangan prokontra reklamasi.
“Masih curiga lagi, yang besar saja kita jaga, memangnya bodho apa, jadi, konsep semua yang menjawab,” pungkasnya. (zhi)