Jawaban untuk Menteri KLH dan Gubernur Koster, Grun Uluwatu Hadir dengan Konsep Full Alam

Kabardenpasar – Pemberitaan soal ratusan hotel di Bali yang dinilai tidak memenuhi kriteria Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) yang dikelola Kementerian Lingkungan Hidup, bisa dipastikan tidak termasuk “Grun Uluwatu”.
Grun Uluwatu adalah sebuah eco-boutique wellness resort. Artinya, tentu saja alam menjadi pusat utama di sini. “Kami menyebutnya sebagai nature elevated”, kata Florian Holm, Founder Grun Uluwatu, saat acara grand opening, Sabtu, 27 September 2025.
Sesuai namanya, konsep resort ini dibangun mengikuti alam dengan menempatkan unit-unit sesuai ruang dan kontur tanah yang ada. Bahkan untuk mendirikan bangunan tidak disertai dengan menebang pohon yang tumbuh di lokasi. Sejak awal pembangunan pengelola memilih menggunakan struktur panggung sehingga pondasi bangunan hanya memakan lahan seminimal mungkin.
Dengan begitu, sebagian besar tanah tetap terbuka agar air hujan bisa terserap. Tanah tetap dalam kondisi alaminya, tanaman bisa tumbuh, dan saat hujan lebat air bisa meresap.
Serta yang paling penting meminimalisir banjir karena tanah tidak tertutup beton.
Berada di atas lahan seluas 5 hektar, Grun Uluwatu, memiliki 56 unit bangunan, berupa rumah pohon dan studio yang dibangun di tengah pepohonan hutan tropis.
Florian menyebut, Grun Uluwatu juga menghadirkan konsep wellness. Tujuannya untuk memastikan para tamu mendapatkan pengalaman luar biasa dalam hal kesehatan holistik, baik yang bersifat aktif seperti pilates, yoga, meditasi, maupun yang restoratif seperti perawatan spa hingga pemulihan diri di area sauna.
“Dengan begitu, para tamu mendapatkan pengalaman yang istimewa, benar-benar tinggal di alam. Atau hanya sekadar menikmati waktu hening di tepi kolam infinity yang menghadap laut, menikmati momen ketenangan,” sambung Florian.
Selain konsep bangunan yang ramah lingkungan, pengelola Grun Uluwatu juga sangat konsen terhadap sampah. Di sini sampah dipilah bahkan mulai sejak awal dengan cara memastikan volume sampah yang dihasilkan sedikit mungkin.
Hampir seluruh aktivitas yang dilakukan di Grun Uluwatu berbasis farm to table. Denga kata lain tidak ada produksi limbah yang terbuang dalam skala besar. Dimana penerapkan konsep farm to table sedikit banyak membantu menyelesaikan sampah di sumber masing-masing.
Sebagai contoh Grun Uluwatu memiliki kebun kecil dan memelihara ayam. Hasil kebun dan telur ayam masuk ke restoran. Sebaliknya sampah dari restoran bisa menjadi pupuk organik untuk kebun atau untuk pakan ternak.
“Saya rasa itu adalah langkah pertama yang bisa dilakukan oleh hotel seperti kami, yaitu meminimalkan sampah sejak awal,” tegasnya.
Grun Uluwatu adalah resor berkelanjutan sebagai tempat perlindungan dan ruang bernapas untuk pengalaman tak terlupakan di luar batasan kehidupan sehari-hari.
Beberapa vila memiliki kolam renang pribadi dengan pemandangan laut lepas, sempurna untuk menikmati matahari terbenam dengan tenang. Elemen kayu di setiap ruang menenangkan pikiran sambil membingkai desir dedaunan dan kicau burung.
Berlokasi strategis hanya 18 kilometer (sekitar 40 menit) dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Grun Uluwatu juga menawarkan pengalaman penjemputan dengan kendaraan standar atau mobil listrik tenaga surya, menegaskan komitmen resor terhadap keberlanjutan sejak awal kedatangan.
Lebih dari sekadar gaya hidup dan leisure, Grün Uluwatu juga menjadi penggerak komunitas dan pertumbuhan ekonomi.
Pembukaannya menciptakan lebih dari 150 lapangan kerja baru yang diisi 100 persen pekerja lokal tanpa ada WNA. Ini memperkuat posisi Bali sebagai destinasi kelas dunia sekaligus mendukung pengembangan pariwisata jangka panjang Indonesia.
Grun Uluwatu dengan ini menjawab semua tantangan Bali, dan akan membuat pemerintah, dalam hal ini gubernur Bali Wayan Koster dan menteri KLH/BPIH, Hanif bernafas lega soal masa depan pariwisata Bali.***