Made Bayak Melawan Kebiasaan: Seniman Bali Gemparkan Jakarta dengan Pameran ‘Mindscape’

0

Di balik lukisan-lukisan yang dipajang di Galeri Zen1 Jakarta, tersimpan kisah pergeseran identitas seniman. Made Bayak, yang selama ini dikenal “juru bicara” isu-isu Bali melalui karya-karyanya, muncul wajah baru.

Made Bayak di depan karya terbarunya Basel Series yang dipamerkan di Zen - 1 Gallery Jakarta. (Foto Zen-1 Gallery Jakarta).

Jakarta – Di balik lukisan-lukisan yang kini dipajang di Galeri Zen1 Jakarta, tersimpan kisah pergeseran identitas seorang seniman. Made Bayak, yang selama ini dikenal sebagai “juru bicara” isu-isu Bali melalui karya-karyanya, kini muncul dengan wajah baru yang mengejutkan.

Pameran tunggalnya, “Mindscape” Basel Series Made Bayak, yang dibuka sejak Jumat (22/08/2025), bukan hanya sekadar pameran, melainkan sebuah deklarasi perubahan.

Sejak awal kariernya, Bayak selalu lekat dengan “cara Bali.” Ia menggunakan simbol, ikon, dan nilai-nilai tradisi lokal sebagai pisau bedah untuk mengupas persoalan sosial, ekologi, dan kemanusiaan. Namun, dalam seri terbarunya ini, semua ciri khas tersebut seolah sirna. Karya-karya yang dipamerkan di Jakarta memperlihatkan gaya yang berbeda, memancing pertanyaan di kalangan pengamat seni.

Kurator pameran, Yudha Bantono, menggarisbawahi perubahan signifikan ini. “Bayak dikenal sebagai seniman yang sensitif, reaktif, bahkan eksplosif terhadap persoalan Bali dan isu global, tetapi dalam Basel Series, ia seolah sama sekali tidak memperlihatkan identitas itu,” ungkap Yudha.

Transformasi ini tak lepas dari pengalaman Bayak selama tiga bulan menjalani program residensi di Basel, Swiss. Kota yang dijuluki surga museum ini tak hanya memperkaya pandangannya tentang seni global, tetapi juga menginspirasi lahirnya karya-karya baru.

Bayak membenamkan dirinya dalam atmosfer seni Eropa, mengagumi karya-karya maestro dunia seperti Paul Klee, Kandinsky, dan Picasso, serta menyerap keindahan arsitektur, lanskap, dan keragaman manusia di kota itu.

“Semua itu membuat saya semakin tertarik menggali lebih dalam,” tutur Bayak. Pengalamannya bukan sekadar kunjungan, melainkan sebuah percakapan intens dengan lingkungan barunya.

Menurut Yudha, karya-karya dalam Basel Series menunjukkan kegelisahan dan sifat adaptif Bayak untuk terus berinovasi. Basel menjadi magnet kuat yang menariknya keluar dari zona nyamannya.

“Basel bagi Bayak bukan hanya pengalaman dan peristiwa, tapi lebih dari itu merupakan magnet kuat yang menarik dirinya untuk melakukan perubahan yang sangat mendasar dari identitas kekaryaannya,” jelas Yudha.

Ada 32 karya lukisan yang dipamerkan, masing-masing menjadi bukti eksplorasi tanpa henti. Menurut kolektor dan pengamat seni Daniel Ginting, langkah berani Bayak ini layak mendapat apresiasi tinggi.

“Bayak merupakan salah satu dari sekian seniman yang mau berekplorasi dan berani keluar dari zona nyaman, baik secara pemikiran, kebiasaan, gagasan, maupun kreasi,” kata Daniel saat membuka pameran.

Daniel berharap, pengalaman residensi di Basel ini hanyalah awal dari kejutan-kejutan berikutnya yang akan memperkaya kancah seni rupa, baik di Indonesia maupun internasional.

Pameran “Mindscape” Basel Series Made Bayak menjadi saksi bisu perjalanan seorang seniman yang berani melepaskan identitas lama demi menemukan suara baru. Pameran ini akan berlangsung hingga 14 September 2025.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *