Transformasi Digital Ikut Mengubah Perilaku Masyarakat

0

Jakarta  – Cepatnya informasi yang tersebar dan diterima masyarakat tanpa dipilih terlebih dahulu bisa berpotensi tersebarnya hoaks, hal ini kerap terjadi di antara masyarakat. Namun tentu saja hal itu merupakan kesalahan yang harus diedukasi sehigga berita hoaks tidak menyebar.

Lonjakan pengguna media digital semakin menguatkan kebutuhan perlunya pemahaman terhadap literasi digital, dalam rangka mewujudkan masyarakat indonesia yang paham akan literasi digital, kementerian komunikasi dan informatika telah menyusun peta jalan literasi digital 2021 – 2024.

Dengan menggunakan sejumlah referensi global dan nasional, dan di dalam peta jalan ini dirumuskan empat pilar kompetensi literasi digital yaitu digital skills digital safety, digital ethics dan digital culture.

Dalam pidato pembukaan Webinar Literasi Digital di Kabupaten Tabanan, Bali Rabu 9 Juni 2021 Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk mengisi ruang digital dengan konten kreatif dan positif sehingga dapat meningkatkan kesejateraan masyarakat.

Hadir dalam Webinar di Tabanan ini Nannetee Jacobus, Account Manager Frente Indonesia, Ita Dwi Yulianti, SE, CEO Geeltech, Dr. I Made Adi Surya Pradnya, S.Ag, M.Fil, H,Dosen Pasca Sarjana UHN IGB Sugriwa, I Putu Purnawan,S.Pd, Seniman dan Pelaku Budaya, dengan Key Opinion Leader Halifa Intania dan moderator Tony Thamrin.

Nannette membicarakan tentang sosial media di masyarakat Indonesia yang saat ini sudah menjadi sebuah keharusan dan mengubah perilaku.

”Perilaku masayarakat berubah karena sosial media (sosmed), menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh akrena kita lebih aktif di social sampai lupa kehidupan nyata terbengkalai,” ujarnya.

Dampak negatif yang sangat diwaspadai adalah tersebarnya berita bohong lebih luas. “Tak ada yang mengalahkan berita yang tersebar di sosial media, yang belum tentu benar. Makanya penting sekali untuk saring sebelum sharing,” katanya. 

Nannette juga menyarankan agar masyarakat lebih aktif dalam mengecek sumber informasi yang beredar di internet dan rajin untuk melakukan filter informasi. 

“Pikirkan efek dari konten yang kita unggah. Apakah memiliki manfaat untuk orang lain, atau malah bisa menyakiti perasaan orang lain? Ingat, filter sebelum menyebar informasi, sekalipun itu merupakan berita yang benar,” ungkap Nannette.  

Menurut Nannette, tidak sedikit pengguna sosmed yang memiliki follower banyak tidak bisa memanfaatkan sosmed dengan bijak. “Banyak akun gossip di sosmed,orang jadi lebih mau tahu dan ikut campur urusan orang, memberikan komentar pedas dan jahat,” imbuhnya.

Perubahan perilaku masyarakat juga terasa dalam transformasi transaksi non tunai. Ita Dwi Yulianti, CEO Geeltech mengatakan bahwa penggunaan transaksi non tunai makin digemari karena dinilai lebih aman, efektif, hemat karena banyak promo dan diskon. 

Menurut Ita, perkembangan media digital memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Terbukti dengan banyaknya jenis transaksi digital, seperti banking card, mobile wallet, bank prepaid card, internet banking dan mobile banking.

“Sekarang orang lebih panik HP ketinggal daripada ketinggalan dompet, karena sekarang kita bisa bertransaksi hanya dengan scan barcode. Masyarakat juga lebih merasa aman dengan non tunai karena tidak ada pertukaran uang fisik yang dikhawatirkan bisa menularkan sejumlah penyakit,” kata Ita.  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *