Headlines

Berita Hoaks Mampu Membuat Pikiran Menjadi Irrasional

Bangli -Salah satu pentingnya literasi digital untuk terus digaungkan di tengah masyarakat yang tengah dimanjakan dengan meluas dan canggihnya teknologi digital saat ini adalah untuk mencegah semakin masifnya berita palsu atau hoax.

Sementara itu tantangan utama masyarakat modern dewasa ini adalah penggunaan internet dan media digital yang tak hanya memberikan manfaat bagi penggunanya, namun juga membuka peluang terhadap beragam persoalan. Sebab itu, kritis dan bijak diperlukan dalam menggunakan media digital.

Menurut I Nyoman Adi Cahyadi, S.Pd, M.Pd, Guru SMKN 2 Bangli dalam webinar literasi digital wilayah Kabupaten Bangli, Bali, Kamis 12 Agustus 2021, beredarnya berita bohong palsu fitnah atau hoaks yang jika berulang maka akan dianggap sebagai berita benar.

“Berita palsu yang menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat telah dianggap sebagai informasi atau berita yang benar akibat masuknya berita hoaks itu. Contohnya penyebaran hoaks dengan muatan isu SARA harus menjadi kewaspadaan masyarakat agar Jangan mau dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu,” ujar Nyoman Adi dalam webinar yang dipandu oleh Yulian Noor ini.

Dijelaskannya juga bahwa berita hoaks dibuat karena dianggap mampu mempengaruhi seseorang. Selain itu berita hoax mampu menimbulkan rasa takut dan ancaman sehingga berpikir secara irrasional. Oleh karena itu jangan mudah percaya dengan berita yang tidak jelas.

Itulah mengapa, media sosial bisa digunakan sebagai senjata disinformasi untuk berbagai kepentingan. Muncul cybertroops atau cyber army sebagai komponen penting dalam perang komunikasi, dan masyarakat menjadi mudah larut, tersentuh emosi dan terlibat perang komunikasi.

Golongan paling besar dari pembagian hoaks adalah misinformasi, disinformasi dan mal informasi. Misinformasi merupakan informasi salah yang disampaikan baik sengaja maupun tidak. Sedangkan disinformasi merupakan kesengajaan dalam membuat informasi palsu dengan tujuan tertentu.

Berita-berita palsu ini terbungkus jenis konten berupa satir yang merupakan konten dan dibuat untuk menyatakan sindiran pada seseorang, organisasi, pemerintah atau masyarakat dengan menggunakan parodi ironi maupun sarkasme.

Ada juga koneksi salah (false connection) yaitu informasi yang menggunakan judul, gambar, atau caption yang tidak berhubungan dengan konten beritanya. Salah satu bentuk koneksi salah yang cukup populer belakangan ini adalah clickbait, yaitu teknik marketing digital bertujuan agar semua konten diklik dan disebarkan sebanyak-banyaknya oleh pengunjung.

Lebih lanjut ada juga onten menyesatkan (Misleading Content), konten dengan konteks yang salah (False content), konten tiruan (imposter), konten yang memanipulasi (Manipulated Content), konten palsu (Fabriated Content). Pada jenis ini informasi merupakan murni 100% diciptakan dengan sengaja untuk menipu membaca.

Pembuatan konten palsu dapat dilatarbelakangi oleh berbagai tujuan, baik keuntungan finansial, propaganda, maupun kepentingan politik, sehingga berpotensi menyesatkan dan bahkan membahayakan masyarakat.

Untuk itulah pentingnya literasi digital guna meningkatkan kecakapan digital di masyarakat agar bisa memaksimalkan mafaat dan menekan sisi negatif seperti penyebaran hoax.

Kecakapan pengguna dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan mengerjakan mengevaluasi membuat serta memanfaatkannya dengan bijak cerdas cermat serta tepat sesuai kegunaannya. Ada delapan elemen esensialnya yaitu kultural, kognitiff, konstruktif, komunikatif, ekpercayaan diri yang bertanggung jawab, kreatif, kritis dalam menyikapi content dan bertanggung jawab secara sosial,

Selain Nyoman Adi, pembicara lainnya yang juga hadir adalah Azizah Zuhriyah, Division Head Finance TC Invest, Chris Jatender, Kaprodi Teknik Informatika STTI STIENI dan Putri Langi sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *