Headlines

Masih Banyak yang Tidak Bisa Membedakan Berita Hoaks atau Valid di Medsos

Badung Bali  -Beberapa hari belakangan, dunia politik Indonesia heboh dengan beredarnya berita hoaks tentang mantan Presiden Indonesia yang dikabarkan koma. Belakangan pengurus Partai PDIP dikabarkan juga akan menuntut sejumlah akun media sosial yang memberitakannya.
Kasus berita hoaks atau berita bohong seperti ini kerap terjadi berulang-ulang. Dan hebatnya banyak juga dipercaya oleh sebagian masyarakat.
Menurut Luther Sembiring, S.Sos, MM, Content Writer dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Badung, Bali, Rabu 15 September 2021 karena perlu pemahaman untuk membedakan hoaks agar tak termakan berita bohong.
Selain itu kita juga harus mengidentifikasi isu-isu yang rawan dimasukin berita bohong atau hoaks. “Ada 10 isu rawan hoaks yaitu berita sosial , politik, SARA, pemerintahan, kesehatan, makanan, minuman dan bencana alam,” ujar Luther dalam webinar yang dipandu oleh Idfi Pancani ini.
Lebih lanjut, dikatakannya di Indonesia sendiri banyak beredar hoaks tentang agama, presiden, dan pemerintahan yang pada kenyataannya tidak ada alias bohong.
Dijelaskannya juga bahwa hoaks dipahami sebagai berita bohong yang disengaja. Sebanyak 88% berita tidak akurat, 61% berita menghasut, 49% berita ramalan, 15% berita yang menyudutkan pemerintah 14%, dan berita yang menjelekkan orang lain sekitar 31%
Sayangnya belum semua kalangan dapat membedakan informasi hoaks atau valid karena berbagai latar belakang antara lain usia, gender, pendidikan, ekonomi, social, dan selera politik. Kebiasaan membaca itu masih menjadi poin penting supaya masyarakat kita bisa mengenali hoaks atau tidak kemudian mendapatkan perkembangan informasi dari sumber-sumber yang dipercaya.
Selain itu kita bisa membaca medsos atau website lembaga yang berkaitan dengan peristiwa kita. Kita juga bisa mengunjungi situs-situs yang fokus untuk membuka seperti turn back hoaks atau cekfakta.com. Di situ ada tim yang menampilkan gambar yang benar dan mana berita yang keliru, jadi kita masyarakat tidak usah ragu-ragu lagi.
Selain Luther, ada 3 pembicara lain dalam webinar ini yaitu Nurul Amalia Pramugari Saudi Airlines, Digital Content Creator, Forex Trader, Alex Iskandar Managing Director IMFocus Digital Consultant dan Chika Mailoa sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *