Headlines

Hati-hati, Ini Lima Jenis Kejahatan Social Engineering yang Sangat Meresahkan

Buru Maluku – Penipuan dan kejahatan digital menjadi salah satu sisi gelap perkembangan teknologi. Apalagi tak semua orang tahu dan paham bentuk-bentuk penipuan digital, hingga akhirnya menyebabkan banyak korban. Di dunia, salah satu jenis penipuan digital paling sering terjadi adalah social engineering atau rekayasa sosial. 

Dijelaskan virtual assistant sekaligus digital content creator, Alaika Abdullah, social engineering adalah teknik memanipulasi yang memanfaatkan kesalahan manusia untuk mendapatkan akses pada informasi pribadi atau data-data berharga.

“Teknik ini menyentuh aspek psikologis manusia untuk memanipulasi korban agar mereka melakukan kesalahan keamanan dan memberikan informasi atau data-data berharga,” kata Alaika saat berbicara dalam acara webinar Gerakan Nasional 2021 wilayah Kepulauan Buru, Maluku, Kamis (12/8/2021).

Lebih lanjut, jenis-jenis social engineering juga beragam mulai dari phishing, pretexting, baiting, Quid pro Quo, dan Tailgating.

Dikatakan Alaika, Phising berasal dari kata fishing atau memancing. Pelaku biasanya mencari informasi pribadi korban mulai dari nama lengkap, email hingga data finansial. Salah satu jenis phising yang paling sering terjadi adalah email phising dan web phising.

Sementara pretexting merupakan jenis serangan hacker yang berpura-pura menjadi tele marketing atau customer service untuk kemudian memanipulasi korban secara psikologis dan memikat korban ke dalam situasi rentan.

Dengan begitu calon korban akan memberikan informasi pribadi, khususnya informasi yang biasanya tidak diberikan oleh korban di luar konteks dalih.

Baiting adalah memancing calon korban dengan hadiah dan membuat korban tertarik membuka situs yang dibuat si pelaku. Dengan memasuki website buatan pelaku, korban akan memasukan email dan password miliknya. 

Ada pula Quid pro Quo yang biasa dilakukan pelaku dengan berpura-pura menjadi petugas IT. Dengan taktik ini pelaku akan menawarkan bantuan kepada korban, bisa individu bisa perusahaan, untuk melakukan perbaikan sistem IT mereka.

Terakhir Tailgating, sebuah kejahatan digital di mana seorang karyawan, biasanya yang memiliki akses ke media sosial atau web perusahaan, diikuti atau dikuntit pelaku untuk mendapatkan informasi. “Karena itu jika ada seseorang yang tidak kita kenal mengikuti, mending kita waspada dari pada geer,” ucap Alaika.

Selain Alaika Abdullah, hadir juga dalam webinar Gerakan Nasional 2021 wilayah Kepulauan Buru, Maluku yaitu influmcer Chyntia Andrarinie, seorang akademisi dari Iqra Buru Lutfhi Rumkel dan Denny Abal. 

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital sendiri merupakan rangkaian panjang dalam kegiatan webinar yang dilakukan di seluruh penjuru Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *