Headlines

Bebas tapi Waspada di Media Sosial

Rote Ndao  -Kebebasan berekspresi di media sosial (medsos) banyak dimanfaatkan para seniman untuk menciptakan karya-karyanya di ruang virtual. Namun, tak sedikit yang menggunakannya sekadar cerita kehidupan pribadi atau sharing hal-hal keseharian. Kebebasan tersebut yang menjadikan beragam unggahan bersliweran tiap detiknya dari yang penting sampai hal-hal yang kita anggap sangat sepele.
Ody Waji, CEO Waji Travest mengatakan bahwa setiap pengguna media sosial harus menyadari betul bahwa akun media sosial kita bisa dilihat secara publik oleh setiap orang. “Ada batasannya. Kita perlu untuk menghormati pengguna lainnya di medsos,” lanjutnya.
Lebih lanjut, menurut Ody, sejak awal, platform media sosial sudah mengingatkan batasan-batasan tersebut dengan memberikan syarat dan ketentuan sebelum kita membuat account media sosial seperti Instagram. Salah satunya, larangan untuk memposting konten SARA atau pornografi.
“Meski pada akhirnya semua kembali lagi pada pengguna, apakah dia bijak menggunakan sosial media tersebut atau tidak,” kata Ody Ody Webinar Literasi Digital di wilayah Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Jumat 10 September 2021.
Sebenarnya, lanjut Ody, batasan yang diberikan tersebut agar ruang digital tetap sehat. Para pengguna pun diharapkan lebih berhati-hati dan bijak dalam mengunakannya.
Misalnya, kebebasan untuk follow akun siapa pun. Dibutuhkan kecerdasan dan kehati-hatian pengguna untuk memilih akun atau lingkungan pertemanan virtualnya. Jangan sampai pengguna hanya follow akun-akun yang mengganggu kesehatan mental.
“Hak kita untuk bebas memilih siapapun yang kita follow tapi semua kembali lagi kepada pilihan kita masing-masing. Mau menciptakan ruang digital sehat atau memberikan kebebasan yang ada malah bikin stres,” ujar Ody dalam webinar yang dipandu oleh Jhoni Chandra ini.
Pengguna perlu meningkatkan kewaspadaan di media sosial. “Jangan langsung percaya karena selalu ada orang-orang yang tak bertanggung jawab yang wara-wiri di media sosial yang sengaja berniat menebar kebencian dengan beragam alasan. Karenanya disarankan untuk memfilter akun-akun yang kita ikuti,” kata Ody.
Ody mengingatkan pengguna medsos untuk tidak membagikan atau mengunggah hal-hal sepele, terutama untuk urusan pribadi karena dampaknya bisa mengundang kejahatan. Yang harus diingat juga adalah dengan semakin berkembangnya media sosial juga berpengaruh pada perkembangan mental penggunanya.
“Tak perlu secara detail mencantumkan informasi, apalagi informasi yang terbilang pribadi karena di era digital yang semakin canggih maka semakin canggih pula kejahatan siber,” ujar Ody.
Karenanya data-data diri kita harus dilindungi. Yang harus dilindungi adalah bukan hanya informasi pribadi seperti KTP paspor dan lain-lain, bisa saja awalnya orang yang  tidak ada niat untuk baca tapi saat dia melihat kesempatan mungkin lokasi dia tahu kita berada, kita sering mencantumkan informasi informasi di mana kita berada.
Selain Ody Waji, sejumlah pembicara lain yang ikut berbagi wawasan tentang literasi digital adalah Ika Febriana Habibah, CX Manager, Endekan Sarungallo, Pemerhati Telekomunikasi dan Putri Lagi sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *