Headlines

Kiat Mengenali Suatu Berita Apakah Benar atau Hoaks

Denpasar  -Seringkali masyarakat tidak bisa membedakan sebuah informasi atau berita apakah benar mencerminkan fakta atau sebaliknya hoaks yakni berita palsu yang mengandung kebohongan
Menurut Tiara Maharani, seorang penulis dan koresponden Indonesia untuk TTG Asia, pada dasarnya konten bohong itu dibungkus sedemikian rupa agar bisa dipercayai oleh pembaca masyarakat. “Hoaks atau berita bohong dalam Bahasa Indonesia sedangkan dalam pengertian Oxford hoaks adalah kebohongan dengan niatan jahat,” ujar Tiara dalam Webinar Literasi Digital di wilayah Kota Denpasar, Bali, Kamis 9 September 2021.
Lebih lanjut kata Tiara, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) mencatat sepanjang tahun 2020, sejumlah berita hoaks sempat menggemparkan publik yakni menyangkut vaksin covid 19 yang disampaikan memiliki chip yang dapat melacak orang.
“Berita ini jelas hoaks, kalau dipakai logika, vaksin adalah benda cair, sedangkan chip benda padat, bagaimana mungkin benda cair dan padat bisa menyatu tanpa proses peleburan,” ucapnya dalam webinar yang dipandu oleh Tony Thamrin.
Kemudian, berita hoaks kedua soal WHO menemukan vaksin covid 19 banyak beredar palsu di Indonesia. Setelah dicek situs resmi pemerintah dan kominfo maupun komunitas anti hoaks, diketahui berita itu palsu
Di situs Kominfo dijelaskan, setiap vaksin yang beredar di Indonesia sudah lolos uji di BPOM dan vaksin dipastikan keamanannya karena sudah diuji klinik oleh lembaga terkait. Kemudian ada juga berita hoaks, yang menyebutkan vaksin mengandung magnet sempat membuat heboh karena masyarakat khawatir akan bisa menjadi seperti robot.
Tak kalah hebohnya, beredar berita hoaks bahwa vaksin di Indonesia lebih mahal dibanding Brazil sehingga membuat masyarakat menjadi seperti anti pemerintah. Dan melancarkan kritik kepada pemerintah karena saat pandemi justru mengkomersialkan vaksin yang mestinya digratiskan.
Setelah dicek situs Kominfo, berita itu sama sekali tidak benar karena pemerintah tidak pernah memberikan biaya vaksin dan masyarakat tinggal datang langsung disuntik dengan vaksin yang direkomendasikan Kementeriam Kesehatan dan WHO.
Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat, selama tahun 2020,  penyebaran berita hoaks terkait covid-19 setidaknya ada 1.201 berita yang disebarkan melalui media sosial baik di facebook, twitter, instagram dan YouTube. “Total ada 2.025 sebarannya di media sosial,” imbuhnya.
Dari jumlah yang beredar, selain hoaks soal covid dan vaksin konten yang banyak hoaks juga adalah politik, agama, kerusuhan hingga bencana lama
Hoaks politik sangat disukai oleh penyebar hoaks karena terbilang rentan dan seksi, gampang banget dimainkan terutama menjelang Pilkada atau Pemilu. Isu politik paling banyak beredar di Indonesia.
Lebih lanjut disampaikan Tiara, berdasar klasifikasi hoaks sebagaimana juga disampaikan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), ada beberapa yakni satire konten yakni dibuat sindiran pihak tertentu, unsurnya dikemas dalam parodok, ironi sebagai kritik pribadi dan kelompok atas berbagai masalah yang terjadi.
“Konten ini bukan serius, muncul dalam bentuk komedi, tetapi membahayakan sebab karena hoaks banyak yang tertipu dan menyesatkan,” katanya. Kemudian, salah sambung atau berbeda antara judul dan isinya biasanya disebut artikel klik bait. Antara judul apa isi beritanya tidak nyambung.
Selanjutnya, berita salah konteks, informasi disebarkan tetapi dengan konteks yang keliru, umumnya melalui foto, video di sebuah tempat namun berbeda konteks dan relasinya. Hoaks keempat pencatutan, sering ditemui berita atas nama perusahaan tertentu yang terkenal dimana masyarakat diminta ikut sayembara perlu kompetisi tertentu, masyarakat diminta klik link agar dapatkan voucher dan hadiah lainnya.
Selanjutnya, manipulasi konten, konten sudah ada tetapi dibuat mengecoh. Contoh pernah ada media menampilkan Foto Megawati saat sedang meresmikan sebuah acara di Bandara. Namun oleh pelaku penyebar hoaks, foto tersebut diubah kontennya dengan judul Megawati dan Jokowi bertemu dibumbui narasi berbeda dengan fakta. Konteks berbeda antara narasi, judul dan foto maupun video kemudian bertebaran yang di dunia nyata sebenarnya tidak terjadi namun di dunia maya dibuat seperti terjadi.
Terakhir, berita palsu atau dibuat-buat, jelas konten salah baik narasi dan kutipan foto, semua palsu. Semuanya palsu seperti pada contoh paling sering informasi lowongan pekerjaan yang beredar di whatsapp, twitter misalnya lowongan di BUMN hingga perusahaan-perusahaan atau lembaga negara lainnya.
Selain Tiara, juga hadir pembicara lain yaitu Nurul amalia, Pramugari Saudia Airlines, Digital Content Creator, Forex Trader, Pramiswari Putri, S.Pd, Guru SMP Tawakkal Denpasar dan Guntur Nugraha sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *