Headlines

Rumah Sepeda Indonesia Keempat Diresmikan di Bali

Denpasar – Setelah hadir di tiga kota besar di Tanah Air kini Rumah Sepeda Indonesia keempat resmi beroperasi di Denpasar Bali sebagai wahana untuk memperkuat edukasi, kampanye, advokasi dan aksi sosial bagi para pesepeda.

Bike to Work atau B2W Indoensia terus mengkampanyekan budaya bersepeda di masyarakat salah satunya mendorong lahirnya Rumah Sepeda Indonesia di Bali.

Peresmian Rumah Sepeda Indonesia (RSI) di Jalan Teuku Umar No 141, Denpasar dihadiri Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dan Wakil Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Agung Jaya Negara dan Ketua B2W Indonesia Poetoet Soedardjanto, Jumat (18/12/2020).

Ketua Komunitas Sekretariat Bersama Sepeda (Samas) Bali Endra Datta mengungkapkan, sejak terbentuk tahun 2009, Samas Bali bekerjasama dengann Pemkot Denpasar membuat Car Free Day di Renon yang mendapat dukungan penuh B2W Indonesia.

“Dari Car Free Day, kami mendorong Pemkot Denpasar untuk membuat lajur sepeda, kami juga dorong Pemkab di seluruh Bali, untuk melahirkan, Car Free Day di masing-masing kabupaten, tahun itu kami sukses, hampir semua berlomba membuat Car Free Day,” ungkapnya.

Pihaknya selalu mencoba mengajak pelajar baik SMP dan SMA untuk pergi ke sekolah dengan bersepeda atau Bike to School, selain Bike to Work.

Ketika pandemi Covid-19, bersepeda kembali marak karena masyarakat ingin sehat.Sepeda sangat ramai di jalan sehingga membuat Samas Bali juga bersemangat mengkampanyekan bersepeda.

“Kondisi itulah yang mendorong kami untuk membuat Rumah Sepeda Indonesia Bali,” tegasnya saat konferensi pers yang dihadiri juga Pengelola Rumah Sepeda Indonesia Bali Made Gede Sugiarta dan Fahmi Saimima selaku Project Leader Rumah Sepeda Indonesia (RSI) dan Tim Advokasi Bike2Work Indonesia Kamis (17/12/2020).

Dalam kesempatan itu, Project Leader Rumah Sepeda Indonesia (RSI) dan Tim Advokasi Bike2Work Indonesia Fahmi menuturkan, pembukaan RSI Bali merupakan keempat setelah sebelumnya hadir di Jakarta, Semarang dan Bandung.

“Ini RSI yang keempat, RSI Bali, target kita, sebuah ekosistem rumah sepeda akan kita gaungkan kita buka tahun depan di 20 titik di kabupaten dan kota seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Pihaknya bersemangat mendirikan RSI karena untuk menjawab keinginan para pesepeda di daerah yang ingin punya rumah sepeda di masing-masing. Soal sumber dana, kata Fahmi karena bagi mereka persatuan sepeda itu melahirkan semangat bergotongroyong.

“Kami sangat prihatin dengan pandemi, karena banyak toko-toko tutup, banyak yang kehilangan pekerjaan, nah dengan kenekatan kami membangun RSI, kami anggap sebuah batu loncatan hebat bagi para pesepeda dari semangat gotongroyongnya,” imbuh Fahmi.

Kehadiran RSI membuka satu titik budaya bersepeda, selain itu, mempekerjakan karyawan yang profesional, membuka usaha baru termasuk para pelaku UKM.

Nantinya, RSI membuka diri bagi pelaku UKM untuk memasarkan produk-produknya secara offline dan online melalui jaringan Bike2Work Indonesia.

Sementara Made Gede Sugiarta menambahkan, para pesepeda yang melakukan touring dari dalam dan luar negeri bisa singgah di RSI Bali.

Sugiarta berharap ke depan, RSI Bali akan membangkitkan UKM di Bali seperti kerajinan hingga kuliner. “Kami berharap teman-teman dari luar bisa singgah dan belanja di sini, kami jamin harga di sini terjangkau,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua B2W Indonesia Poetoet Soedardjanto menyatakan, kehadiran RSI dimaksudkan untuk memberi sarana belajar, berkumpul, dan beristirahat bagi pesepeda dan generasi muda.

Kemudian, menciptakan ekosistem sehat yang memberi peluang bagi Usaha Kecil Menengah berkolaborasi dengan Bike2Work Indoenesia, bersama-sama bergerak maju di tengah masa pandemi Covid-19.

Selanjutnya, sebagai bahan bagar bergeraknya organisasi, mengingat Bike2Work tidak mendapatkan dukungan finansial dari pemerintah maupun sumber pendanaan luar negeri.

“RSI Bali kami resmikan, semoga bisa memberikan kebaikan bagi semua, memperkuat penetrasi perjuangan kawan-kawan pesepeda pada empat pilar Bike2Work Indonesia, yakni edukasi, kampanye, advokasi dan sosial,” demikian Peotoet. (ara)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *