Cegah Menyesal di Masa Depan, Ini Cara Mengelola Jejak Digital yang Baik
Denpasar – Penggunaan internet dan media sosial kian marak di Indonesia. Berdasarkan data Hootsuite, diketahui pengguna internet meningkat pada tahun 2021, yakni mencapai 202,6 juta jiwa, alias 73,7 persen dari total penduduk di Indonesia.
Meningkatnya pengguna internet ini wajib dibarengi dengan pengetahuan dan literasi digital yang baik. Salah satunya, menjaga agar jejak yang ditinggalkan tidak berpotensi merugikan di masa depan.
Royyan Nobeel, CTO Viding.co mengatakan jejak digital adalah unggahan maupun konten kita yang bisa ditemukan di internet.
“Sekarang siapa yang pernah meng-google namanya sendiri? Nanti akan keluar tuh akun facebooknya, instagramnya, twitternya, apa-apa saja yang pernah ditulis di internet, yang bisa diakses publik, nah itu jejak digital,” tutur Roy, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital wilayah kota Denpasar, Bali, Jumat (6/8/2021).
Roy pun membagikan sejumlah cara mengelola jejak digital yang baik. Pertama, pengguna internet wajib membaca syarat dan ketentuan aplikasi, situs, maupun jasa yang digunakan.
Membaca syarat dan ketentuan layanan penting agar pengguna tahu apa saja peruntukan data yang diberikan. Lalu, pastikan juga selalu mengunggah hal positif. Risiko mengunggah hal negatif, seperti konten pornografi, kata-kata kasar, hoax, maupun ujaran kebencian bisa merusak masa depan.
“Sekarang para HRD itu sudah menggunakan internet untuk melihat calon pelamar. Termasuk memantau akun media sosialnya. Jadi jangan sampai kita tidak diterima kerja hanya gara-gara pernah sebar hoax atau menyatakan ujaran kebencian,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Ida Ayu Gde Suwiprabayanti Putra, dosen ITB STIKOM Bali mengatakan, prinsip lain yang wajib dipahami untuk mengelola jejak digital adalah tidak mengunggah data sensitif.
Data sensitif merupakan data-data yang bersifat pribadi dan tidak untuk disebarluaskan. Data ini bisa berupa KTP, NIK, BPKB, Kartu Keluarga, hingga kartu ATM.
Terkait penggunaan aplikasi di internet, ia juga berpesan untuk menggunakan password yang kuat dan aman. Jika bisa, password yang digunakan berbeda-beda untuk setiap akun.
“Kalau perlu ganti juga password setiap beberapa bulan sekali untuk menghindari peretasan,” tuturnya.
Dalam kesempatan ini hadir juga Silvia Kartika selaku assistant vice president, ecosystem & business development bank DBS Indonesia serta Ainun Auliah sebagai key opinion leader.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.