Memperkenalkan Budaya Indonesia dengan Cara Modern di Dunia Digital

0

Lombok Tengah – Indonesia kaya akan budaya yang beraneka ragam macamnya yang saat ini semakin tertinggal dan ditinggalkan khususnya di antara kaum milenial. Cukup banyak anak muda yang malah lebih mengukai budaya bangsa lain dan hampir lupa dengan budaya yang ada di Indonesia.

Banyak anak milenal yang malas mempelajari budaya Indonesi karena cara-caranya tidak mengena dengan kaum muda.

Menurut Dila Resky seorang Public Figure yang menjadi Key Opinion Leader dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, pada Jumat 6 Agustus 2021, banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa memperkenalkan budaya dengan cara yang lebih modern padahal banyak sekali cara-cara yang bisa kita lakukan dengan mengikuti zaman yang ada seperti sekarang ini untuk memperkenalkan budaya budaya yang kita punya.

“Malahan yang berkembang sekarang adalah kemajuan dunia digital malah merubah kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengadopsi budaya luar. Padahal kita semua punya kesempatan untuk memperkenalkan budaya Indonesia dengan cara modern,” ujar Dila Resky dalam webinar yang dipandu oleh Idfi Pancani ini.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa dengan memanfaatkan media digital yang lebih modern untuk memperkenalkan budaya, kita bisa ikut mencintai budaya budaya di daerah lain di Indonesia. Dengan adanya ini sangat bagus karena media digital bisa menjadi tempat untuk mencari tahu banyak sekali informasi dan pelajaran yang bisa dapatkan.

Karenanya untuk memperkenalkan budaya dengan mengikuti zaman yang ada agar kita bisa lebih mencintai beragam budaya yang ada, banyak cara dan platformnya diantaranya adalah lewat lagu, film dan lewat media sosial. Lewat lagu kita bisa menggelorakan spirit budaya daerah masing-masing dan seluruh dunia bisa mendengar keunikan bahasa daerah masingmasing.

“Melalui lagu, lewat lirik dan instrument, sementara lewat film dengan skenarionya,  latar pembuatan film, bahasa film,  wardrobe pemain dan lain-lain. Sedangkan lewat sosial media bisa memakai Instagramn, YouTube, Facebook. Twitter misalnya saat kitapergi ke luar daerah kita bisa sharing yang positif mengeksplorasi wisata dan budaya setempat. Pasti netizen akan kepo. Ingin tahu lebih jauh tentang apa yang kita share,” katanya. 

Unggahan-unggahan konten positif tentang budaya yang beragam di Indonesia menjadi rekam jejak yang baik di ruang digital. Sepeti yang dikatakan oleh pembicara lain, Alki Adi Joyo, CEO Viding.co, bahwa penting sekali menebarkan banyak rekam jejak positif di ruang digital karena rekam jejak bisa dibilang adalah sama dengan reputasi kita.

“Rekam jejak menjadi sangat penting. Dan kita harus punya mindset bahwa apa yang kita share akan ada selamanya ada karena kalau punya mindset  ini kita akan berhati-hati dan tetap bijak ketika ingin posting sesuatu,” jelas Alki.

Ia juga menjelaskan, dulu sebelum ada internet nama buruk kita cuma ada di lingkungan kita tapi sekarang ada digital, jika rekam jejak buruk maka akan dilihat oleh seantero bumi.  Jika rekam jejak buruk akan muncul di Google apalagi kalau sempat masuk berita makanya rekam jejak digital sama dengan reputasi dan menghapusnya sulit apalagi sudah ke link dengan beberapa website.

Ada beberapa langkah yang bisa diterapkan agar kita bisa dan mau membuat rekan jejak yang positif yaitu ramah dan selalu positif karena rekam jejak digital sama dengan reputasi.

“Kita mau dikenal di dunia digital sebagai orang yang negatif atau orang yang positif terserah kita sebaiknya orang yang positif karena memudahkan segalanya di kedepannya.Karena anonymous pun bisa terdeteksi dari metadata yang kita ambil itu,” katanya.

Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Lia Arianti, Co Founder Momomaru Salmon Mentai, Junaedi, S.Pt, M.Sc, Direktur Fund Rising Yayasan Aksi Inspirasi Indonesia.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *