Mempertahankan Eksistensi Budaya di Era Digitalisasi
Maluku Tengah – Sri Rahma Dani, Key Opinion Leader menjelaskan budaya sebagai cara hidup yang berkembang serta dimiliki bersama oleh sekelompok orang. Budaya bisa dikatakan sebagai identitas atau jati diri sebuah negara. Budaya pun diwariskan dari generasi ke generasi termasuk mengenai aktivitas manusia, seni, kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan.
“Indonesia mempunyai ragam budaya yang begitu banyak. Dari 34 provinsi ada banyak ragam budaya yang harus kita ketahui dan lestarikan. Mulai dari makanan, adat istiadat, baju, rumah, tarian, bahasa, merupakan budaya yang harus dilestarikan agar tidak punah dan diklaim negara lain,” ujar Rahma seorang dokter umum sekaligus KOL, saat menjadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku Selasa (3/8/2021).
Saat ini merupakan zaman serba digital dan setiap penggunanya diharusman memahami literasi digital. Literasi digital merupakan bagaimana kemampuan seseorang dalam menguasai teknologi, informasi, dan komunikasi. Dari segi budaya, pemanfaatan teknologi digital dapat digunakan untuk memperkenalkan dan melestariman budaya.
Melalui paparan Rahma, ia menjelaskan kebudayaan memiliki ciri. Pertama, besifat dinamis atau mudah menyesuaikan dengan lingkungan. Kedua, menerima dan menolak unsur tertentu, diterima atau ditolaknya kebudayaan baru yang masuk tergantung dengan nilai-nilai yang ada pada kebudayaan lama. Ketiga, warisan, karena kebudayaan ini diwarisi melalui leluhur ke generasi selanjutnya. Keempat, proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan, yakni proses yang melahirkan kebudayaan baru atas dasar kreativitas pola hidup masyarakat yang bergeser karena perkembangan teknologi.
Budaya sebagai salah satu warisan dari leluhur tentu harus dilestarikan. Di tengah maraknya kebudayaan luar, pelestarian budaya menemukan hambatan atau kendala. Di antaranya, penolakan dari generasi muda terhadap budaya yang telah ada, munculnya budaya baru yang semakin modern, hingga perubahan zaman yang menjadikan warisan budaya tidak sesuai dengan dinamika masyarakat masa kini
“Semakin lama dan semakin jauh kebudayaan Indonesia akan semakin berkurang karena adanya perkembangan teknologi. Tidak hanya budaya di daerah perkotaan, tetapi juga di pedalaman yang perlahan mulai terkikis,” tegas Rahma.
Rahma mengatakan, media yang berkembang saat ini mudah diserap isinya tanpa ada filter. Misalnya, banyak kaum muda yang hafal lagu luar dibandingkan lagu daerah. Oleh karena itu, sebagai orang yang lebih mengerti dan paham terkait literasi digital. Sudah sepatutnya kita untuk mengajarkan dan memperkenalkan budaya ke generasi muda. Pengenalan ini bisa dilakukan dengan memperkenalkan budaya lokal setempat. Kemudian, perlahan dan secara bertahap meningkat hingga kebudayaan nasional.
Saat ini banyak media yang bisa digunakan sebagai wadah promosi terkait kebudayaan. Ia mengatakan, media promosi yang paling udeal untuk memperkenalkan budaya adalah media sosial, seperti Tiktok, Instagram, Facebook, dan sebagainya. Kita dapat melihat apa yang sedang diminati di pasaran kemudian memasukkan budaya kita di dalam teen tersebut. Ia menyampaijan, penggunaan media sosial menjadi kesempatan yang besar dalam promosi karena bisa diakses oleh publik baik dalam dan luar negeri.
Pemanfaatan media sosial dalam mempromosikan budaya nusantara, dapat dilakukan dengan cara mengemas budaya tradisional dan menggabungkannya dengan efek teknologi dan media baru, menaikkan citra positif suatu budaya nusantara yang dikemas dengan temnologi, serta menghadirkan karya budaya tradisional dengan mengedepankan unsur modern.
Rahma menyampaikan, masyarakat atau generasi milenial sudah sepatutnya mengembangkan dan memperkenalkan budaya Indonesia. Tidak hanya mengandalkan peran pemeritah, tetapi dari diri kita sendiri. Hal yang harus kita lakukan adalah menumbuhkan kesadaran diri terhadap budaya kita. Jangan malas untuk mewariskan ke generasi berikutnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Selasa (3/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Yulia Dian (Social Media Specialisr & Writer Contect Creator), Lia Arianti (Co-Founder Momomaru Salmon Mentai), dan Haris Koleng Susu (Staff Dosen Universitas Darussalam).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.