Yuk, Sebarkan Konten Positif di Internet
Jakarta – Dalam rangka mewujudkan masyarakat indonesia yang paham akan literasi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara Webinar Literasi Digital Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada Kamis 9 Juni 2021.
Melalui webinar ini, Kemenkominfo berharap dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Hadir dalam Webinar Literasi Digital di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat adalah Ukki Anditia, Account Manager Digital Agency, M Indra Gunawan, S.E.I, M.H.I, Kepala Biro Humas IAIH Selong, Ruhut Marhata Simanjuntak, Legal Counsel Advance Al, Ahmad Dewanto Hadi, ST, MT, Kepala Dinas Dikpora Lombok Timur serta Ihsan Tarore, Key Opinion Leader.
Menurut Ukki Anditia, masyarakat seringkali melupakan prinsip etika dasar dalam berinternet akibatnya ruang digital di Indonesia penuh dengan ujaran kebencian. Tak heran bila hasil penelitian yang dilakukan Microsoft mengatakan bahwa Indonesia ada di urutan 29 dari 32 negara yang memiliki netizen tidak sopan.
Di Asia Pasisifik, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara tak beretika, lebih rendah dari Vietnam sedang di dunia kita no 4 dari bawah paling tidak sopan netizennya.
Ironisnya tak lama Microsoft mengeluarkan laporan ini, reaksi netizen Indonesia menghujat Microsoft di akunnya Microsoft. “Bahkan ada yang mengancam segala, justru perilaku netizen ini membuktikan kebenaran hasil penelitian tersebut,” jelasnya.
Ukki menjelaskan, faktor-faktor yang membuat penilaian netizen Indonesia buruk soal etika adalah bahwa faktanya di Indonesia banyak sekali beredar hoaks, ujaran kebencian, diskriminasi berkaitan dengan SARA.
“Kita bisa mengubah predikat buruk itu dengan lebih bijak dan beretika saat menggunakan internet. Sebarkan hal positif, bukan konten negatif,” kata Ukki.
Hal senada juga jadi pembahasan pembicara Indra Gunawan, soal media sosial dalam kehidupan sehari-hari, Ia mengatakan media sosial sangat efektif bila dilakukan secara benar sarana meningkatkan demokrasi dan toleransi. “Media sosial juga bisa dijadikan sebagai media kerukunan antar umat beragama dan bisa meningkatkan keharmonisan antar umat beragama di media sosial,” ujar Indra.
Tujuan lain adalah meningkatkan sikap tolerasi untuk mencegah perbedaan saat banyaknya perbedaan pendapat. “Banyaknya pendapat ini perlu diklarifikasi, jangan menaifkan pendapat orang lain, kita harus menjaga perpecahan. Bisa juga u ntuk menyatukan perbedaan.”
Sementara itu Ahmad Dewanto bebagi tentang sejumlah kendalan di Lombok Timur tentang digital skill siap tidak siap mau tidak mau harus kita tingkagtkan kapasitas itu terutama guru-guru di sekolah.
Hambatan guru, siswa dan orangtua di rumah, misalnya guru kesulitan melakukan pembelajaran jarak jauh, karena fokus pada kurikulum. ”Soal waktu pembelajaran anak-anak yang berkurang karena Prokes padahal materi banyak. Dari sisi orangtua banyak kendala menghadapi anak anak sat di rumah.Di sisilain orang gtua opunya tanggung jawab untuk bekerja, orangtua jadi tak mudah mendampingi anak-anak.Orang tua tak secara intens mendampingi anak murid,” ujarnya.
Siswa sendiri belajar di rumah situasinya berbeda dan merasakesulitan sehingga tingkart steres tinggi serta akses ke sumber belajar terbatas.
Ada tiga metode daring,luring dan guling atau guru keliling,mengumpulkan siswa siswa terdekat. “Ini juga menyulitkan guru dengan geografis rumah siswa,” ujarnya. Ditambah lagi hambatan SDM guru dan minimnya sarana dan prasara karena belajar daring dan tidak semua anak-anak punya perangkat dan jaringan. Bagi wilayah-wilayah terpencil punya tingkat mkesulitan tersendiri**