Platform E-commerce Untungkan Pegiat UMKM

0

Hamlahera – Lokal brand atau jenama lokal tumbuh subur selama beberaa dekade terakhir di Indonesia. Hal ini juga didukung oleh populasi yang besar dan jumlah kelas menengah ikut bertumbuh. Bahkan gaya hidup cenderung konsumtif serta kesadaran menggunakan produk dalam negeri mendadak naik drastis. Untuk menjadikan brand lokal ini mendunia atau dikenal pasar secara luas, peran serta pemerintah sangat dibutuhkan. 

Namun sebelum jauh kepada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam membangun citra brand lokal, ada baiknya ketahui dulu apa saja yang perlu disiapkan. Hal inilah yang dibahas dalam kegiatan Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, Kamis (24/6/2021) oleh Dwika Putra Hendrawan selaku CEO Riuh Renjana Creative. 

Menurut dia, brand lokal saat ini tengah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Bahkan kemunculan platform e-commerce dan kemudahan pilihan pembayaran melipatgandakan kecepatan pertumbuhan brand lokal hingga berpuluh-puluh kali lipat. “Berusaha dari rumah bukan lagi sebuah mimpi, tapi sebuah keniscayaan yang dapat dilakukan semua orang,” kata dia dalam pemaparannya. 

Kelebihan lokal brand menurut Dwika adalah mengandung kebanggaan sebagai karya anak bangsa. Selain itu, lebih terjangkau secara harga maupun kedekatan. Terakhir, lokal brand memiliki layanan pelanggan yang lebil loyal. 

Akan tetapi, semua itu masih terbentur oleh tantangan yang pasti dirasakan oleh perintis lokal brand. Tantangan terberat yang dirasakan salah satunya adalah keterbatasan budget pemasaran. “Lokal brand memiliki anggaran pemasaran yang terbatas. Karena mereka belum menjadikan hal itu sebagai prioritas teratas. Mereka masih mengutamakan produksi, supaya tidak ada keterlambatan pengiriman produk kepada konsumen,” paparnya. 

Dijelaskan lebih lanjut, tantangan kedua adalah brand visibility. Kedua tantangan tersebut dianggap sudah sangat menyulitkan bisnis brand lokal. Tak jarang banyak brand lokal yang mandek, atau tidak membesar. 

Menurut Dwika, dibalik tantangan atau kesulitan, solusi sudah pasti tersedia. Salah satu bentuk solusi meningkatkan penjualan brand lokal adalah dengan bercerita. Ceritakan latar belakang produk tersebut, siapa yang membuatnya, bagikan keunggulan yang tidak dimiliki produk lain meskipun menjual barang yang sama. 

“Sederhananya begini, kalian jual produk yang sama. Tetapi ketika produk tersebut memiliki cerita, akan menjadi nilai lebih. Brand lokal tidak terbebani dengan sejarah karena mereka memiliki riwayat sendiri.  Jadilah otentik, ini yg menjadi perbedaan Anda dengn orang lain.”

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jadikan pelanggan sebagai mitra. Buat pelanggan sendiri yang menceritakan keunggulan brand Anda ketimbang pemiliknya langsung. “Kalau pelanggan senang, dia pasti akan mengajak orang lain untuk ikut beli produk Anda. Nah Anda harus apresiasikan mereka,” katanya melanjutkan. 

Hal terakhir yang perlu diketahui adalah cari tahu kelebihan, kekuatan produk yang dijual ketimbang merk lain. Ketahui siapa saja yang menjadi target market produk tersebut. “Dan yang terakhir adalah ketahui tujuanmu dalam membuat bisnis ini apa,” tutup nya. 

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi di wilayah Halmahera Utara, Maluku Utara, Kamis (24/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara lain yakni Driana Rini Handayani (Blogger, Social Media Enthusiast, Entrepreneur), Oscar Bertho Mene (Kabid Pendapatan), Febriyanto Illa (Kabid Opini Aspirasi dan Layanan Hubungan Media), dan Vizza Dara Lestari (Key Opinion Leader). 

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *