Hati-hati, Pencurian Data yang Terjadi di Marketplace Berawal dari Phising
Nageke – Salah satu jenis penipuan di dunia ynag paling berbahaya saat ini adalah phising. Dari data yang dilkeluarkan tahun 2021, ada 245 ribu lebih web phising palsu yang dilancarkan untuk mendapatkan informasi pribadi.
Hal itu dikatakan oleh Robby Wahyu, Sr Security Consultant MAXPLUS saat menjadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, pada Senin 19 Juli 2021.
Robby menjelaskan, sebanyak 32 persen pencurian data selalu melibatkan phising. “Data ini mengatakan phising menjadi salah satu penipuan di dunia digital yang paling berbahaya. Pencurian data banyak di beberapa marketplace. Semuanya melibatkan kegiatan phising dan selalu diawali dengan phising,” beber Robby dalam webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama Siberkreasi.
Lebih lanjut Robby mengatakan cara kerja phising diawali dengan memilih korban, menentukan tujuan phising, kemudian mengirimkan email, sms, washap dan informasi lainnya untuk calon korban.
“Setelah calon korban mengakses email atau sms atau washap mengakses phising dan yang tidak waspada mengakses dan mengisi instruksi pelaku serta mengisi data pribadi,” imbuhnya
Setelah pelaku mendapatkan data-data pribadi yang diinginkan dari korban, pelaku kemudian menyalahgunakan data-data yang didapat untuk melakukan penipuan. “Sebenarnya sejak awal calon korban bisa mengidentifikasi terjadinya phising dengan mewaspadai sejumlah ciri-cirinya. Diantaranya adalah biasanya ejaan tata bahasa buru,” tambah Robby.
Selain itu URL biasanya singkat di email atau chat, alamat pengirim biasanya juga tidak sesuai atau resmi, tampilan website relatif mirip asli, alamat website typo, website tidak ada HTTPS dan login sering gagal.
Untuk itu kata Robby, sebagai pengguna internet, kita wajib melindungi data-data pribadi kita dan tidak terlalu gampang memberikannya untuk orang lain. Sebaiknya data-data diri yang bersifat privacy jangan terlalu diumbar.
“Bahkan kepada orang yang laing dekat pun kita harus waspadai untuk menjaga segala yang sangat privasi, misalnya pacar sebab kita harus mempertimbangkan kondisi jika putus, jika yang bersangkutan sudah terlanjur mengetahuinya,” kata Robby.
Pembicara lain Driana Rini mengatakan yang juga penting diterapkan dalam memegang gawai ataupun saat bermedsos adalah bagaimana menghargai konten orang lain.
Ia menyarankan penting juga untuk memberi apresiasi dengan like atau jempol atau love jika memang unggahan itu positif dan baik serta bermanfaat.
“Selain memberi apresiasi, bisa juga memberikan saran dan kritik yang membangun. Serta harus diingat juga adalah untuk menghindari pembajakan dengan menggunakan konten bajakan dan meminta ijin jika ingin menggunakan karya orang lain. Terinsapirasi itu boleh namun jangan menjiplak,” imbuhnya.
Yang juga penting adalah menahan diri jika melihat postingan yang tidak kita suka. Salah satu caranya yang paling positif adalah dengan ‘diam’ dan tak perlu mencaci , melabeli atau menggunakan kata kata yang merendahkan dalam berkomentar.
“Jika ada postingan yang tidak kita suka, tinggalkan saja karena barangkali anda bukan pasar dari konten tersebut. Tak semua konten bukan untuk kita atau dengan kata lain kita bukan target market si kreator. Jika kita tidak mau memberikan kritik membangun maka tinggalkan saja. Jangan merendahkan orang lain karena belum tentu kita bisa membuat karya seperti itu.”
Selain Driana dan Robby juga hadir para pembicara lainnya yaitu Ignasius L Kunda, Photo & Video Journalis dan Sri Rahma Dani sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.