Intrik-Intrik di Masyarakat Bisa Dipicu oleh Hoaks
Lombok Timur – Di tahun 2021 hampir sebagian besar penduduk dunia sangat tidak bisa berpaling dari dunia digital. Dari kota sampai desa, dari anak kecil sampai orangtua sangat melek dengan digital. Karenanya para pengguna ruang digitak perlu memiliki pengetahuan untuk berdikap bijak dalam mengolah ruang digital, termasuk mengihindari dampak buruk yang ditimbulkannya.
Dikatakan oleh Lalu Usman Ali, M.Pd, Pegiat Konsorsium Nusa Tenggara Barat Membaca, Dosen UIN Mataram, dengan mempertimbangkan penetrasi internet yang begitu luas, semua pengguna harus memiliki pengetahuan untuk mengambil manfaat sekaligus melindungi diri dampak buruknya.
“Salah satu dampak buruknya adalah penyebaran berita hoax yang begitu luas saat ini. Hoax adalah berita bohong atau berita tak bersumber, sekedar share unggahan yang sumbernya tidak jelas. Jika masyarakat awam kena maka bisa terbawa perasaan dan akan terjadi gejolak,” ujar Lalu Usman dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Selasa 27 Juli 2021.
Lebih lanjut dikatakannya hoax sengaja disebar sebagai sebuah kebenaran. Jika masyarakat menjadi terbawa perasaan akan berakibat fatal sehingga terjadi gesekan antar golongan. Karenanya hoax bisa menjadi sebuah momok yang harus diwaspadai. “Bukan masalah di medianya, tapi masalah dampaknya dari hal itu, sehingga kita perlu beretika menghindari dampak negatif,” katanya
Ia juga mencontohkan kedahsyatan hoaks yang bisa merusak tatanan masyarakat yaitu hoax yang berisi berita bohong tentang vaksin yang dikatakan bisa membuat orang meninggal. “Karena ada hoax soal vaksin maka program jadi terhambat dan masyarakat mempercayai tanpa berpikir panjang sehingga masyarakat terpecah menjadi kelompok kelompok. Untuk itu perlu edukasi mengenali hoax dan memverifikasinya,” tambahnya.
Lalu Usman mengatakan ada dua jenis hoaks yang biasa beredar yaitu misinformasi dan disinformasi. Misinformasi adalah membagikan kesalahan informasi yang dilakukan tanpa sadar. Sementara disinformasi adalah membagikan berita yang sebenarnya dia tahu berita itu salah tapi sengaja dan inilah yang membuka peluang akan timbulnya intrik-intrik di masyarakat.
Untuk itu para pegguna internet harus mengenali ciri-ciri berita hoax. Diantaranya adalah kerap didistribusikan melalui email atau medsos yang efeknya lebih besar dan biasanya berisi pesan yang membuat cemas atau panik para pembacanya.
Selain itu, hoaks biasanya diakhiri dengan imbauan agar pembaca segera menyebarkan peringatan tersebut ke teman yang lebih luas. Tanda lainnya adalah pengirim awal hoax tidak disebutkan atau diketahui identitasnya.
“Karenanya jangan cepat gatal untuk share memang mudah sekali memainkan jempol. Pikir terlebih dulu apakah kita ingin jadi orang produktif dengan memiliki history baik di dunia digital ataupun dunia nyata atau tidak,” katanya.
Selain hoaks, yang juga berbahaya di dunia digital adalah cyber crime salah satunya phising. Menurut pembicara lain Robby Wahyu, Sr Security Consultant MAXPLUS, salah satu jenis penipuan di dunia yang paling berbahaya saat ini adalah phising.
Dari data yang dilkeluarkan tahun 2021, ada 245 ribu lebih web phising palsu yang dilancarkan untuk mendapatkan informasi pribadi dan 32 persen pencurian data selalu melibatkan phising.
“Phising menjadi salah satu penipuan di dunia digital yang paling berbahaya. Pencurian data banyak di beberapa marketplace semuanya melibatkan kegaitan phising dan selalu diawali dengan phising,” beber Robby.
Diungkapkannya juga cara kerja phising diawali dengan memilih korban, menentukan tujuan phising, kemudian mengirimkan email, sms, WhatsApp dan informasi lainnya untuk calon korban.
“Setelah calon korban mengakses email atau sms atau washap mengakses phising dan yang tidak waspada mengakses dan mengisi instruksi pelaku serta mengisi data pribadi,” imbuh dia.
Setelah pelaku mendapatkan data-data pribadi yang diinginkan dari korban, pelaku kemudian menyalahgunakan data-data yang didapat untuk melakukan penipuan.
Dijelaskan juga oleh Robby, bahwa sebenarnya sejak awal calon korban bisa mengidentifikasi terjadinya phising dengan mewaspadai sejumlah ciri-cirinya. Diantaranya adalah biasanya ejaan tata bahasa buru.
Selain itu URL biasanya singkat di email atau chat, alamat pengirim biasanya juga tidak sesuai atau resmi, tampilan website relatif mirip asli, alamat website typo, website tidak ada HTTPS dan login sering gagal.
Untuk itu kata Robby, sebagai pengguna internet, kita wajib melindungi data-data pribadi kita dan tidak terlalu gampang memberikannya untuk orang lain. Sebaiknya data-data diri yang bersifat privacy jangan terlalu diumbar.
“Bahkan kepada orang yang laing dekat pun kita harus waspadai untuk menjaga segala yang sangat privacy, misalnya pacar sebab kita harus mempertimbangkan kondisi jika putus, jika yang bersangkutan sudah terlanjur mengetahuinya.”
Selain Robby dan Lalu Usman, juga hadir pembicara lain yaitu Lalu Nurul Yaqin, M.Pd, Direktur LPPM UGR Lombok Timur dan Virza Dara seorang Pblic Figure sebagai Key Opinon Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.