Strategi Media Lokal di tengah Pandemi Covid-19
Denpasar – Pandemi Covid19 telah melemahkan sendi -sendi kehidupan diataranya sektor kesehatan dan ekonomi termasuk industri media.
Industri media harus survive agar keberlangsungan sebagai sumber berita dan informasi tetap jalan.
Dan disisi lain, media jangan sampai kehilangan nalar kreatif, berdamai dengan pandemi Covid-19 agar bisa eksis dan tetap menjadi rujukan informasi bagi kepentingan publik.
Demikian beberapa poin penting diskusi yang terungkap dalam Webinar dari Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wilayah Bali melalui zoom, Jumat (5/6/2020).
Diskusi mengusung tema Strategi Media Lokal di tengah Pandemi Covid-19, menghadirkan nara sumber Pemimpin Redaksi Tribun Bali Sunarko, Pemred Balipuspanews.com Putu Artayasa dengan moderator Kepala Biro Harian Bisnis Indonesia Bali Feri Kristianto.
Dalam diskusi, Artayasa mengungkapkan bagaimana media siber yang dirintisnya itu, tetap bisa eksis tidak sampai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan.
Meski harus melakukan efisiensi dan pengetatan anggaran namun syukurnya, masih bisa bertahan konsisten dalam mengawal kepentingan publik, dengan mempertahankan prinsip-prinsip jurnalistik dalam produk berita yang disajikan ke publik.
“Selama ini, hidupnya media tergantung pendapatan dari iklan atau kerja sama lainnya, saat corona ini, praktis semua mitra bisnis sebagian besar bergerak dari sektor pariwisata putus, tidak ada yang memasang iklan atau kerja sama,” akunya.
Pihaknya tetap berkarya, dengan kreativitas termasuk memanfaatkan media sosial sehingga bisa tetap menjangkau segmen pembaca milinial hingga pengambil kebijakan,
Pemred Tribun Bali Sunarko, mengakui, pendapatan media saat ini, turun drastis dibanding situasi normal. Meskipun, memiliki banyak tagihan atau piutang namun tetap saja, bagi perusahaan media yang terpenting adalah pendapatan uang cash.
Saat ini, pembuktian sebuah perusahaan dikatakan survival dilihat seberapa memiliki kemampuan untuk tetap bisa menjalankan kegiatan operasional seperti membayar gaji karyawan.
Tentunya, hal ini menjadi tantangan bagi industri media yang terpukul dampak pandemi ini, karena arus cash flow dari sektor pariwisata, mengalami penurunan besar-besaran.
“Istilahnya ya, nyawamu, darah itu ya uang yang tersedia ready, ini menjadi tantangan media bagaimana di satus sisi menghadapi wawasan baru atau new normal ini, dengan konsep jurnalistik di masa mendatang,” tandasnya.
Karena di sisi lain, media harus mampu menghidupi memenuhi tuntutan kebutuhan operasional keseharian sementara di lain sisi, harus bersiap menjemput masa mendatang dan tuntutan yang berubah demikian cepat.
Sunarko mengistilahkan, saat ini, media harus mampu bermain layaknya beladiri kungfu dengan jurus-jurus maut dan kreatifnya agar bisa bertahan.
Dia juga mengungkapkan, pandemi saat ini juga telah melahirkan fenomena baru di masyarakat dengan apa yang disitilahkan sebagai sindrom Bosan, Bingung dan Panik. Kondisi itu, tidak hanya terjadi di masyarakat namun juga di lembaga termasuk di media.
Kondisi itu terjadi, karena tidak ada yang bisa memberi gambaran kapan pandemi ini berakhhir, tidak ada gambaran kepastian.
Turut memberikan pandangan Ni Made Ras Amanda Gelgel akademisi Universitas Udayana, situasi sulit yang dihadapi media saat ini, jangan sampai melemahkan kreativitas media.
Dia mencontohkan bagaimana, media asing, juga bisa bertahan, dengan mencari sumber-sumber pendanaan yang bagus dengan menawarkan konsep yang cukup baik yang bisa diterima negara maupun funding dunia seperti google atau facebook.
“Bagaimana media mencari pendapatan tidak hanya dari pembacanya namun juga bisa dari pemasang iklan seperti di Youtube,” katanya mencontohkan.
Banyaknya sumber pendanaan yang bisa dimanfaatkan media atau jurnalis di tengah pandemi corona ini, juga diamini Pemred Kanalbali.com Rofiqi Hasan. Menurutnya, dengan pola kolaborasi konten, nyatanya bisa mendapatkan revenue yang cukup menolong khususnya bagi media lokal.
“Banyak penawarn-penawaran dari funding asing yang bisa dimanfaatkan jika kita serius membuat proposal dari Google, Facebook, Internews dan lainnya cukup banyak. Bali dari pengalaman saya isu-isunya selalu menarik sehingga banyak disetujui funnding untuk beasiswa peliputan yang nilainya cukup lumayan membantu,” imbuhnya.
Webiner berlangsung cukup hidup dan menarik serta mendapat antusias dari kalangan anggota AMSI Bali. akademisi hingga Bendesa Adat Kutuh Badung yang juga Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, Petajuh Bendesa Agung Bidang Kelembagaan, I Made Wena yang konsern dengan perkembangan media di Bali. (*)