Headlines

Ubah Tantangan Menjadi Peluang di Era Digital

Ngada – Negara-negara di seluruh dunia saat ini tengah mengupayakan untuk melakukan transformasi digital. Pasalnya, transformasi digital diyakini bisa memberikan harapan baru untuk bertahan melanjutkan segala sisi kehidupan.

Terutama di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini dimana setiap orang di seluruh dunia diwajibkan untuk menjaga mobilitas dan menjaga jarak untuk menekan penyebaran virus corona.

“Transformasi digital adalah sebuah keharusan karena dengan transformasi digital yang lebih mengedepankan dunia IT hanya dengan gadget saja sudah bisa menguasai dunia,” ujar Antonius Renoldus Resi SS, Project Manager Rumah Kreatif BUMN Bajawa saat jadi pembicara dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Kamis 5 Agustus 2021.

Namun demikian, Antonius mengingatkan bahwa dalam proses transformasi digital itu banyak tantangan di depan mata termasuk persoalan infrastruktur dan kesiapan SDM. Tetapi kita harus melihat tantanagn tersebut lebih kepada peluang yang harus kita cari solusinya bersama.

“Berdasarkan dari informasi Bank Dunia 2020 bisa ada peluang besar sebab Indonesia menempati urutan atas negara tempat investasi terbaik di dunia setelah Kroasia, Thailand dan Inggris, baru Indonesia,” ujarnya dalam webinar yang dipandu oleh Claudia Lengkey ini.

Peluang ini juga tersirat dari survei dan sebuah situs pariwisata agoda.com yang mencatat 10 negara tujuan destinasi favorit kunjungan wisata di era kenormalan baru Indonesia mendapat posisi kesepuluh sebagai negara favorit para pelancong global

“Indonesia adalah surga tempat berinvestasi negara-negara maju kita harus mempersiapkan semuanya dengan baik terutama di bidang digital dan SDM,” bebernya lagi.

Contohnya adalah pariwisata di Labuan Bajo Flores sudah menjadi pariwisata super premium dan saat ini pembangunan insfrastruktur jalan, jaringan internet dan air bersih terus ditingkatkan.”Ini menjadi peluang untuk memberi PR sendiri bagaimana mempersiapkan daerah-daerah lain di Indonesia yang masih bisa menjadi tempat alternatif selain Bali untuk dikunjungi turis dunia,” terangnya.

Sekali lagi Indonesia punya potensi ekonomi bisnis yang luar biasa di mata dunia terutama di Asia dan ini sebenarnya harus direspons positif kendati kita harus juga mencari solusi bagaimana meningkatkan kondisi infrastruktur di banyak daerah di luar Pulau Jawa dan Bali.

“Padahal potensi di banyak daerah contohnya di Flores juga tak kalah dengan Jawa dan Bali,” katanya.

Dijelaskannya juga bahwa peringkat Indonesia dibanding negara-negara tetangga soal posisi indeks daya saing digital Indonesia pada tahun 2020 masih stagnan di peringkat 56 dibandingkan tahun lalu.

Meskipun ada peningkatan di faktor kesiapannya, di masa depan Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar ke-9 di dunia pada tahun 2030 dimana saat ini ada 171,2 juta orang aktif menggunakan internet dan 355,5 juta langganan seluler serta ada 26 juta UKM yang diproyeksikan akan go online pada tahun 2012.

Disamping itu dengan pertimbangan bahwa populasi Indonesia ini 200 juta dan berada dalam negara kepulauan yang kebutuhan satu sama lain jauh. Sehingga para pelaku UKM tak harus menjual ke mana-mana sebab pasar antar lintas Indonesia masih besar.

“Jika kita bisa berpikir out of the box maka tantangan bisa menjadi peluang di era digital, ada kurang lebih 200 juta masyarakat Indonesia yang pasti kebutuhannya bermacam-macam yang bisa menjadi peluang. Buat saya pribadi tantangannya itu lebih pada kebijakan pemerintah daerah provinsi apakah mereka serius mau mengurusnya,” tuturnya.

Sementara itu kebijakan anggaran harus lebih aktif untuk meningkatkan SDM sebab relatif ada sebagian kepala desa dan jajarannya ini masih lemah di bidang IT dan ini menjadi tantangan yang harus menjadi prioritas buat pemerintah desa.

“Kita harus mempersiapkan infrastruktur dengan baik-baik termasuk peralatan TIKnya. Kalau kita bicara tentang digital tantangan era digital dalam bidang ekonomi adalah meningkatkan penetrasi berpenghasilan rendah yang masih merupakan mayoritas di Indonesia.”

Selain itu tantangan lainnya adalah berbagai hasil penelitian pun menunjukkan bahwa penetrasi TIK termasuk layanan e-banking masih terkonsentrasi pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas berpendidikan tinggi dan terkonsentrasi di perkotaan.

Dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan baru maupun lama yang berbasis bisnis atau e-commerce yang menyebabkan semakin banyaknya persaingan untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan.  Para pemain perlu memahami karakteristik dari konsep yang menjadi landasan karena sangat berbeda dengan ekonomi klasik yang selama ini dikenal.

Selain Antonius, pembicara lain yang turut berbagi wawasan literasi digital adalah Anggie Setia Ariningsih, CEO Fintech 2P2 Lending, Kelly Octavian, chief commercial officer Riuh Renjana, dan Sri Rahma Dani sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *