Media Digital Netral, Tergantung Manusianya Bisa Dibuat Negatif atau Positif
Kupang – Manusia saat ini tak bisa melarikan diri dari perkembangan teknologi yang begitu cepat hadir dalam kehidupan kita sekarang kita. Zaman dulu mungkin saja kita tidak bisa membayangkan kalau ada kegiatan secara virtual seperti zoom.
Menurut DR. Petrus Ana Andung S.Sos M.SI, Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Undana dan Dosen Ilmu Komunikasi Undana, dalam kaitannya kehidupan sehari-hari kita selalu dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.
“Bagaimana teknologi diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah tantangan yang harus kita hadapai dan bagaimana teknologi bisa mempengaruhi rutinitas kita. Kehadirannya ini menggeser kebiasaan kita,” ujar Petrus dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis 5 Agustus 2021.
Lebih lanjut dikatakannya bahwa wajah karakter masyarakat digital Indonesia bisa dilihat dari perilakunya. Seperti diketahui bahwa pertumbuhan internet ataupun penetrasi internet di Indonesia itu begitu luar biasa tingginya.
“Masyarakat Indonesia hampir sebagian besar familiar dengan internet dan jumlah koneksi gadget lebih besar dari populasi penduduk. Pengaruh internet itu begitu luar biasa dan setiap hari orang selalu bersentuhan dengan internet dan bisa dilihat dari peningkatan jumlah akun media sosialnya juga,” jelasnya dalam webinar yang dipandu oleh Kika Ferdind ini.
Dikatakannya juga bahwa media digital atau media online menciptakan masyarakat baru yang impersonal tetapi hangat dan akrab sehingga lahirlah dunia baru yaitu dunia maya. Dengan ini manusia dapat terhubung satu dengan lainnya bukan hanya cerminan human relation melainkan sebagai wujud information seeker atau mencari informasi sekaligus sebagai information processor atau pengolah informasi.
“Tidak hanya menggambarkan masyarakat sebagai to be human melainkan human kind yaitu manusia mencari jati diri sebagai perwujudan homo ludens. Tuntutan menjadi manusia yang terbiasa dengan smartphone sebagai eksistensi manusia homo sapien yang tidak bisa diabaikan. Kehadiran media digital atau media online membawa displacement dalam kehidupan masyarakat,” tandasnya.
Tingginya pengguna mobile phone berdampak pada meningkatnya penetrasi internet dan pengguna media digital berasal dari digital matrix dengan kategori usia 19 sampai 33 tahun. Dan diketahui dari riset mengklaim umumnya halayak Indonesia belum memiliki keterampilan literasi media dan literasi digital yang memadai.
“Dalam penelitian ini diketahui tingkat literasi medianya itu baru sampai pada bagaimana menggunakan belum sampai kepada analisis dan berpikir kritis, mengevaluasi konten ini PR buat kita bersama bagaimana keterampilan kerajinan digital menjadi tantangan hari ini dan masa depan. Media digital itu netral dan tergantung manusianya bisa jadi negatif atau bisa jadi positif,” tandasnya.
Ia juga mengatakan banyak manfaat positif dari dunia digital diantaranya adalah semakin mudahnya berinteraksi dengan orang lain, mempermudah pekerjaan, sebagai sarana promosi yang menghasilkan profit sarana. Selain itu ruang digitak juga bisa dimanfaatkan untuk untuk kehidupan sehari-hari dan segala macam sendi kehidupan bergantung pada digital.
Meski banyak manfaat tetapi ada juga sisi negatifnya yaitu dalam masyarakat bisa muncul kesalahpahaman, hubungan pertemanan menjadi rusak, berpotensi membuat kecanduan karena para pengguna media digital menghabiskan waktunya seharian.
Selain itu bisa membuat kurangnya interaksi dengan dunia luar, interaksi interpersonal secara tatap muka cenderung menurun. Juga bisa memicu pemborosan karena tidak sedikit biaya-biaya yang dikeluarkan orang hanya untuk tetap bersama dunia internet.
Selain Petrus, pembicara lain yang turut berbagi wawasan literasi digital adalah Robby Wahyu senior security consultant max-plus direktur utama PT Andara lintas Indonesia, Rio Mulyono, Direktur Utama PT Andara Lintas Indonesia dan Putri Langi sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.