Catatan Hb Indra: Nusantara, Bangsa dan Snouck Snouck Hurgronje

0

Di masa Nusantara untuk melanggengkan panjajahannya ada icon yang bernama Snouck Hurgronje sebagai alat akal penjajahan

Ilustrasi/dok.istimewa

Membaca literatur sejarah kaum penjajah ada VOC kaum pedagang, kini New VOC ada yang dikenal 9 naga. Di masa Nusantara untuk melanggengkan panjajahannya ada icon yang bernama Snouck Hurgronje sebagai alat akal penjajahan. Baiknya, jangan melupakan peran VOC yang kini diteruskan oleh New VOC dan jangan melupakan pula sosok fenomenal itu yang bisa memotret kondisi Nusantara dan Bangsa kini.

Nusantara dan Bangsa yang malang setelah ditipu oleh Snouck Hurgronje kini ditipu oleh manusia yang sejenisnya. Murid Snouck saat ini lebih canggih mereka bukan saja masuk wilayah nilai yang dianut oleh orang beragama majoritas manusia Nusantara, mereka masuk ke nilai sains yang adipelajari oleh manusia.

Misalnya bagaimana menundukkan citarasa manusia seolah negaranya kaya raya tapi tak tergerak hati dan fikiran untuk sekedar bertanya mengapa Sumber daya alam (SDA) belum bermakna bagi negara dan rakyat. Kepemilikan SDA ada yang dikuasai asing dan ada pula dikuasai oleh 9 naga misalnya. Hasil pendidikannya dan menjadi pemutus kebijakan negara belum bisa memanfaatkan SDA pada angka 50 persen misalnya untuk negara yang diperuntukan untuk rakyat. Sedihnya pula asset ekonomi sepenuhnya bukan juga untuk negara tapi hanya untuk sekelompok kecil manusia yang telah disebutkan.

Kerja murid Snouck sudah sampai memanipulasi hasil demokrasi atau pemilu yang layaknya menghasilkan manusia yang bercitarasa patriot bangsa bukan bercitarasa Snouck. Produksnya seakan pelayan penjajah yang dulu melayani selama 3 abad. Mereka hidup bergentayangan tanpa jiwa NKRI tapi jiwa yang diinginkan Snouck. Jiwa yang hanya melata dikehidupan.

Di bangsa ini ada jiwa itu yang sepanjang masa hidup hingga hari ini mereka hidup dan menggerakkan lembaga thinktank apakah itu namanya CISA yang bisa mengarahkan citarasa yang dikehendaki Snouck. Ada pula media massa apakah itu namanya Komprador dan di era demokrasi ada pula lembaga penipu rakyat melalui angka dan ada buzzer memptiduks kata yang membolak balik kenyataan.

Mereka pasukan Snouck yang bisa mengendalikan pemimpin di citarasa mereka. Pemimpin yang bisa di bentuk oleh Dunia Maya melalui pesan mata yang seolah merakyat, seolah jujur, anti korupsi dikesankan di gorong-gorong atau seperti atlit olahraga dan jadi apa saja dia ada tapi dia tak ada di rakyat yang menuntut keadilan dan kemakmuran. Setelah melalui ini mereka juga bisa melakukan melalui sistem yang sudah mereka rancang untuk menyabot suara rakyat. Gejalah itu bisa terjadi ada di korban 80o lebih nyawa manusia yang terjadi di negeri yang bercitarasa Snouck di tahun 2019. Mereka selalu mengabil jalan halus dan kasar untuk melaksanakan misinya.

Moment strategis bagi mereka ada legitimasi pembenaran melalu demokrasi, saat ini mereka tak ada peluang mengambil jalan seperti di negara tirai bambu. Tetapi negara tirai bambu menjadi spirit mereka setelah ada legitimasi pemilu bukan saja ada teror undang-undang, ada teror fisik, seolah Demokrasi Mazhab Baru yang anti kritik dan menghadirkan otoritarian rezim.

Menghadirkan rakyat melawan rakyat dengan aliran rupiah yang mungkin lembaganya kini disebut buzzer berbayar dan bahkan ada dari mereka yang bersimbol gerakan agama hadir sebagai tangannya sehingga demokrasi seperti menjadi democrazy.

Bangsa bila membayangkan instrument pendukung Snouck dengan instrument lembaga thinktank itu, media massa itu, lembaga survey itu dan buzzer berbayar itu. Demokrasi hanya menjadi democrazy yang akan mengancam NKRI menjadi negeri federasi, karena di tahta puncak suatu negara yang tak lagi berfungsi menjadi alat meraih cita konstitusi yakni terwujudnya keadilan, kesetaraan dan kemakmuran.

Merdeka hanya menghasilkan gambar bangsa yang sepanjang waktu ada SDA yang tak berguna tapi juga SDM yang juga tak bisa membantu wajah bangsa dan rakyatnya. Bangsa yang gagal, bangsa yang terkapar, bangsa bebek lumpuh dan bangsa yang rakyatnya bak buih, memghasilkan nestapa kebangsaan dan kemanusiaan.

Tak ada jalan yang menyadarkan mereka yang hidup di negeri yang memberinya nasi dan air untuk hidup tapi menjadi benalu bangsa dan rakyat. Musuh itu bila terus menjalankan misinya di depan mata melalui kajiannya yang komprehensif dan membahayakan NKRI yang juga menyelinap melalui tulisan, angka dan kata yang memutarbalikkan fakta baiknya mereka hindari atau menunggu perlawanan rakyat?

Bila terus berkepanjangan artinya mereka suka melihat bangsa penghutang, suka melihat rakyat yang puluhan juta nestapa, suka melihat pemimpin hanya robot atau perpanjangan tangan, suka melihat demokrasi menjadi democrazy dan suka melihat anak bangsa terdidik tinggi hanya menjadi pelayan dan suka melihat bangsa yang tampak bodoh ada SDA nya yang kaya plus SDM yang kaya dan lengkap tapi ironi bangsa menjadi bangsa yang miskin dan tak diperhitungkan dunia, ini gambaran penjajahan baru.

Bila demokrasi terus menjadi democrazy dan pemilu tak jurdil nanti menjadi jalan melalui KPU Bawaslu dan MK atau pihak pengaman yang tak netral meneruskan citarasa Snouck Hojronje, dan lembaga thinktank yang bercitarasa.asing, media massa yang bercitarasa asing, lembaga survey dan buzzer bercitarasa asing dan lainnya yang bercita rasa asing.

Mereka membawa suasana membahayakan NKRI yang bisa saja rakyat bergemuruh suaranya layaknya Nusantara menjadi negara federasi atau bentuk kerajaan yang bisa membawa suatu bangsa bermartabat dan rakyatnya tak lagi mimpi tentang keadilan, kesetaraan dan kemakmuran.

Mahal sebuah keadilan dan kejujuran yang harga mati untuk ditegakkan di pemilu nanti. Bila tidak mereka dapat dianggap pengkhianat bangsa dan rakyat, karena hidup mereka ada di bangsa ini dan dihidupi oleh keringat rakyat. Mereka hidup yang berkecukupan berbeda dengan puluhan juta rakyat lainnya yang nestapa karena ternyata mereka bercitarasa asing yang harus menyiapkan jet pribadi ke negeri tirai bambu untuk lepas dari tuntutan hukum dan rakyat bila rakyat pemenangnya??? (*)

* Hasbi Indra Anggota HMI tahun 1977-1985 Cabang Yogyakarta saat ini akademisi di UIKA Bogor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *