Dua Maestro Lintas Disiplin, Wayan Sujana dan Mas Ruscitadewi Hasilkan Buku Nawa Sena
Kabardenpasar – Nawa Sena adalah hasil karya kolaborasi yang mengukuhkan intermingle-lango antara konsep, visual, dan verbal yang dilakukan oleh dua maestro lintas disiplin yakni Wayan Sujana ‘Suklu’ sebagai seorang perupa dengan penulis Mas Ruscitadewi.
Art project lawang Nawasena merupakan
project bersama, diawali seniman sebagai pembuat konsep dan modul-modul. Selanjutnya pemahat mengimplementasikan ke matra tembok kembar sesuai kertas kerja seniman mengasilkan relief multimatra, Mas Ruscitadewi mengkaryakan ke bentuk karya sastra berbentuk novel.
Nawa Sena akan diperkenalkan kepada para seniman, penulis dan masyarakat umum melalui focus group discussion (FGD) pada Jumat 23 Juni 2023 di Gedung Kompas Jl. Jayagiri yang akan dibuka
oleh Prof. Dr I Wayan ‘Kun’ Adnyana dengan menghadirkan 5 pembahas atau narasumber yakni Dewa Palguna, Prof. I Nyoman Darma Putra, Dr. I Made Sujaya, Dian Dewi Reich dan Dr. I Gusti
Agung Paramita dan moderator I Wayan Juniartha.
Karya yang dibukukan ini terdiri dari 8 bagian. Diawali dengan Lawang Nawasena oleh perupa Suklu yang kemudian direspon oleh tulisan Mas Ruscita Dewi.
Lawang Nawasena ini lahir untuk
projek bencingah, berupa desain multi dimensional yang akan menjadi relief kontemporer pada sebuah ruang di Pura Besakih. Nawasena sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang berarti masa
depan yang cerah. Memiliki karakter ekspresif, mudah bergaul, ‘nyeni’, mudah bicara, menikmati hidup.
Nawa juga dapat diartikan sebagai tujuan sedangkan Sena diartikan kilatan cahaya. Sehingga proses dan tujuan ekuivalen satu kesatuan, saling membutuhkan dan mengimajinasikan.
Literasi lain di masa lampau menjelaskan kata Nawa berarti sembilan dan Sena merupakan nama tokoh
pewayangan. Kata Nawasena disatukan atau dipisahkan, bermakna luas, imajinatif, teologis, sekaligus filosofis. Lawang Nawasena dimaksudkan gerbang datar berisikan kisah Nawa dan Sena.
Kemudian kata Nawasena secara imajiner-rasional yang di gunakan oleh Suklu sebagai bentang konsep dan narasi pembuatan relief bencingah Pura Besakih di sisi Yohana Mandala.
Terwujudnya Buku Nawa Sena ini, memberikan iklim yang segar bagi penikmat rupa dan linguistik. Jugjement masyarakat umum bahwa rupa hanyalah karya ilustrasi pendamping linguistik ataupun sebaliknya, kini dibantahkan dengan Intermingle-Lango yang menunjukkan kolaborasi lintas
disiplin.
Hartanto__Bali Mangsi dalam sambutannya menjelaskan bahwa proses Intermingle-Lango ini merupakan proses ulang-alik kreativitas, dari karya desain ke karya sastra, selanjutnya dari karya
sastra ke karya rupa (drawing) dan terwujudlah buku Nawa Sena ini.***