Berbahasa Baik dan Benar Bisa Jadi Gerakan Perubahan Sosial
Lombok Timur- Perkembangan dunia digital semakin hari semakin tak terbendung dan menuntut kecerdasan atau literasi digital untuk mengimbangi kesempatan berkembang juga hal-hal buruk yang mengikutinya. Termasuk penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam dunia digital yang kerap dilupakan para penggunanya yang bisa berakibat merugikan diri kita sendiri di kemudian hari.
Hal itu dikatakan oleh Ahmad Patoni, salah seorang pembicara dalam webinar yang digelar oleh Kemkominfo dan Siberkreasi di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, pada Selasa 6 Juli 2021.
Menurut Ahmad Patoni, penggunaan bahasa yang baik dan benar perlu ditanamkan agar para pengguna bisa merapkan etika sopan santun juga di dalam ruang digital seperti juga di dunia nyata. “Bahasa iti bukan apa yang kita sampaikan tapi representasi dari linkungan. Bahasa yang kita keluarkan sangat merepresentasikan linkungan sekitarnya,” ujar Ahmad.
Ia juga mencontohkan bahwa di Lombok ada perbedaan bahasa di beberapa wilayah berbeda. Semisal masyarakat di pegunungan atau Selaparang bahasanya lebih halus dari warga yang tinggal di pinggiran kota misalnya di Selong.
Ahmad juga mengatakan bahwa bahasa itu bisa menpengaruhi kehidupan sosial kita. Semisal bahasa santun menyebabkan lingkungan menjadi tentram.
Dijelaskannya juga soal bahasa yang baik dan benar, jika ‘benar’ biasanya mengandung pengetahuan dengan melalui sebuah proses uji coba muncul kebenaran. Sementara bahasa yang baik itu mampu menggerakkan kebenaran menjadi sebuah spirit.
Ahmad juga mengatakan bahwa kebiasaan untuk berbahasa yang baik dan benar harus terus disuarakan agar berlatih terus untuk selalu melakukan hal itu. “Anak kadang lost control dan kebiasaan baik harus terus disuarakan, temasuk bagaimana caranya, contohnya program loterasi digital ini harus terus menerus dilakukan,” jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa bahasa yang baik dan benar itu menjadi tanggungjawab kita bersama karena dengan berbahasa yang baik dan benar di media sosial bisa menjadi gerakan perubahan sosial.
Sementara itu pembicara lain Slivia Kartika mengatan di masa pandemi kebutuhan akan cashless menjadi sesuatu keharusan. Cashless merupakan sistem yang mana semua transaksi dilakukan melalui saran digital seperti kartu debit, kartu kredit, uang elektronik, transfer dalan elektoni, internet bankinh, mobile banking dan sarana digital lainnya.
“Ada berbagai alasan yang menjadi jawaban pertanyaan kenapa kita harus mempergunakan transaksi non tunai di saat pandemi. Salah satunya adalah dari sisi keamanan agar terhindari dari uang palsu dan terhindar dari pencurian,” ujar Silvia.
Dikatakannya juga selain keamanan, ada siis kenyamanan, promosi dan higienie. Traksaksi bisa lebih cepat dan merchant tidak perlu menyiapkan kembalian dan tak perlu rekonsiliasi manual tiap setor ke bank. “Selain itu juga untuk meminimalisir kesalahan serta peningkatan omset untuk merchant karena customer lebih mudah dalam bertransaksi.”
Tak hanya itu dari sisi higieni juga sangat penting karena bertransaksi non tunai sangat membantu meminimalisir transmisi virus. “yang juga menggembirakan adalah banyak promosi dalam bertransaksi non tunai.”
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Hadir dalam webinar yang dipandu oleh Eddie Bingky ini para pembicara yaitu Robby Wahyu Sr Security Consultant Maxplus, Silvia Kartika, Asdustant Vice President Ecosystem Bysiness Development DBS Indonesia, Ahmad Paton, SS, M.Pd, OMB IAIN Pancor, Lalu Nurul Yaqin, Ph.D Direktur LPPM UGR Lombok Timur, dab Wicha Riska Key Opinion Leader.