Selfie Berlebihan Bisa Berbahaya

0

Timor tengah utara – Salah satu yang paling banyak diunggah pengguna medsos adalah selfie. Urusan selfie bukan hanya disukai anak muda, tapi dari anak kecil hingga orang dewasa memang gemar sekali berswafoto, mengabadikan kegiatan dan lokasi yang didatangi.

Mengasyikkan memang, swafoto dimanapun kita berada. Tapi tahukah bahwa kegiatan mengasyikkan itu ada dampak negatifnya.

Menurut Darsono Nababan, Dosen Fakultas Teknologi Informasi Universitas Timor dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, Rabu 14 Juli 2021, ternyata ada dampak tidak baik jika kita terlalu banyak selfie.

“Dampak selfie berlebihan bisa mengakibatkan kita menjadi narsis yaitu orang yang terlalu percaya diri dan hobi pamer. Selain itu kadang selfie dilakukan di tempat-tempat ekstrim yang membahayakan diri sendiri dan lingkungan ,” ujar Darsono dalam webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.

Lebih lanjut dikatakannya selfie yang terlalu berlebihan juga bisa mengundang kejahatan.bahkan bisa berujung penjara.

Untuk itu, lanjutnya, apapun yang dilakuka di medsos termasuk ber-selfie ria harus dilakukan dengan bijak. Walaupun internet sekarang menjadi sebuah kebutuhan tetapi bermedia sosial itu haruslah semakian membuat kita cerdas.

“Banyak sisi positif juga negatif dengan semakin tergantungnya kita dengan dunia internet contohnya bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh sehingga minim sosialisasi dengan lingkungan menjadi tidak peduli dengan lingkungan sekitar,” imbuhnya.

Selain itu, di dunia digital banyak juga terjadi bullying yang dilakukan sadar atau tanpa sadar karena kita tidak berhadapan langsung dengan korban.

Padahal seperti dunia nyata, dunia maya juga melarang segala bentuk kekerasan seperti bullying. Untuk itu para pengguna media sosial sepatutnya mengubah pola pikir saat menggunakan media sosial dengan memperlakukan para pengguna lainnya seperti kita memperlakukan orang lain di dunia nyata yang membutuhkan etiket atau sopan santun.

Kejahatan digital yang menjadi dampak negatif dari semakin berkembangnya kemajuan teknologi juga dibahas oleh pembicara lain Alex Iskandar, MBA, Managing Director IMFocus Digital Consultant.

Dikatakan Alex sejumlah kejahatan di internet yang kerap terjadi dan amat mengkhawatirkan adalah Phising. “Phising adalah kejahatan online yang bertujuan untuk mencuri data dengan menggunakan teknik pengelabuan untuk menipu korbannya.

“Biasanya pelaku memancing korban untuk memberikan informasi secara sukarela tanpa disadari sehingga data-data pribadi korban bisa dicuri dan dipergunakan untuk keuntungan pribadi pelaku,” ujar Alex.

Dikatakan juga oleh Alex, bahwa dari penelitian diketahui 32 persen pencurian data dilakukan dengan phising. Diketahui juga sudah ada 166 ribu lebih website phissing dan diperkirakan akan bertambah terus.

Ada beberapa jenis phising diantaranya adalah email phising, massive phising, whaling phising dan web phising. Dan yang terbanyak terjadi adalah email phising dengan jumlah sekitar 33,5 persen.

Email phissing dilakukan dengan menggunakan email palsu untuk meyakinkan korban dan mengarahkan korban untuk meng klik link yang mereka bagikan. Sementara massive phissing dilakukan dengan mengirimkan ribuan atau jutaan email ke banyak orang. Sedangkan whaling phissing dilakukan dengan menargetkan individu penting, pengusaha dan lainnya.

Selain Darsono dan Alex, juga hadir pembicara lain dalam webinar ini adalah Yoseph PK Kellen, Dosen Fakultas Teknik Informatika Universitas Timor dan Fisca sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *