Mengenalkan Produk Lokal di Pasar Global Lewat Internet
Timor Tengah Selatan- Di era digital yang semakin luas butuh kecakapan untuk merubah pola prilaku untuk mengimbangi kemajuan teknologi dan mengisi kebutuhan masyarakat.
Menurut Meybi Agnesya, CEO dan Founder Timor Moringa dalam Webinar Literasi Digital wilayah Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Rabu 21 Juli 2021, ada sejumlah hal yang harus dilakukan untuk beradaptasi di era digital yaitu mengubah pola kebiasaan, menyadari akan potensi diri, berkontribusi positif bagi sosial dan lingkungan sekitar.
Seperti yang ia dan timnya lakukan dalam mengubah pola kebiasaan baru yang diterapkannya pada bisnisnya Moringa.
“Sejak internet booming, perubahan cukup signifikan di Alor. Misalnya, sebelumnya daun kelor memiliki stigma negatif. Kini, daun kelor dicari orang bahkan sudah diakui oleh WHO sebagai pohon ajaib dan superfood yang baru dan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh,” ujar Meybi dalam webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi.
Lebih lanjut kata Meybi, daun kelor di NTT dulunya identik dengan makanan orang miskin. Padahal daun kaya nutrisi yang mengandung kalsium 4 kali lebih banyak dibanding susu, 7 kali lebih banyak mengandung vitamin C dibanding jeruk, mengandung zat besi 25 kali lebih banyak dibanding bayam dan 36 kali lebih banyak mengandung magnesium dibanding telur.
Kandungan nutrisinya yang besar membuat banyak orang, termasuk Meybi Agnesya menemukan ide ingin mengubah stigma daun kelor menjadi bahan makanan yang memiliki kelas. Meybi juga ingin mengajak masyarakat di Nusa Tenggara Timur sadar bahwa ada potensi sumber daya melimpah daun kelor yang mempunyai potensi bisnis. Timor Moringa ini pun ia geluti sejak Januari 2018.
Kami ingin menjadikan daun kelor sebagai komoditas unggul dari NTT dan mampu membawa hasil bumi para petani lokal ke mancanegara,” ujarnya.
Ia juga berharap melalui bisnis sosial ini diharap dapat meningkatkan perekonomian petani kelor dan mengurangi malnutrisi di NTT. Dan ia pun mempromosikan daun kelor juga lewat ruang digital agar tak hanya penduduk sekitar dan nasional yang tahu tapoi juga bisa dikenal dunia internasional.
Sementara itu pembicara lain, Rio Mulyono CEO Direktur Utama PT Andara Lintas Indonesia mengatakan selain sisi positif yang harus terus dieksplorasi, ada sejumlah dampak negatif yang juga harus diwaspadai salah satunya adalah phising.
Dikatakan Rio, Phising adalah upaya untuk mendapatkan informasi data seseorang dgn teknik pengelabuan, melalui berbagai media seperti email dan lain lain.
Berbagai jenis phing harus diwaspadai diantaranya adalah Email Phising yaitu menggunakan media email untuk menjangkau calon korbannya dengan memberikan tautan link di email.
“Ada juga jenis Web Phising yang memanfaatkan website palsu, terlihat mirip dengan website resmi dan menggunakan domain yang mirip yang disebut domain spoofing. Ada juga Smishing yang melibatakan pesan teks dalam SMS atau no telp,” ujar Rio.
Jenis phising lainnya adalah Vishing/Voice Phising yang menggunakan video call alias telekonferensi. Juga Spear Phising dan Whale Phising yang menggambarkan serangan Phising yang secara khusus ditujukan untuk individu yang kaya,berkuasa, atau kerkemuka (Big fish/tangkapan besar).
Dan ada beberapa cara untuk menghindari phising yaitu selalu cek siapa pengirim email (ejaannya, alamat URL-nya), jangan asal klik link yang diterima jika mengarah ke website asli,berarti aman dan ika mengarah ke website lain yang tidak dikenal ,lebih baik jangan.
Selain itu pastikan keamanan website yang diakses, gunakan browser versi terbaru, lakukan scan Malware secara berkala, gunakan Two Factor Authentication (otentifikasi ganda) dan back up data ke hard drive eksternal.
Selain Rio dan Meybi juga hadir pembicara lain dalam webinar ini yaitu Ryan Ngongo, Creative Agency dan Denny Abal sebagai Keyo Opinion Leader. Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.