Jejak Digital Sama Dengan Reputasi, Jadi Jagalah!
Boven Digoel Papua – Semua orang di dunia ini dapat terhubung dalam jaringan internet dengan berpedoman pada data yang kita bagikan. Dan data-data itu terhubung sedemikian rupa di dunia maya setiap harinya bertumpuk dalam mega data.
Menurut Alki Adi Joyo Diharjo, CEO Viding.co, data-data ini dikirim mulai dari bentuk chat yang kita kirim setiap hari sampai pada gadget IP dan Metadata.
“Data-data ini terkumpul sejam kita mulai meng-on kan HP kita data itu sidah terekam. Data-data itu terkumpul sebagian besar di email, google, youtube, vine, Appstore, twitter, WA dan IG,” ujar Alli dalam Webinar Literasi Digital wilayah Boven Digoel, Papua, Rabu 4 Agustus 2021.
Dijelaskannya bahwa setiap menit 148 miliar email terkirim dan itu menjadi data yang tak pernah hilang. Data itu bisa menjadi rekan jejak pembuatnya.
“Karenanya rekam jejak menjadi sangat penting. Dan kita harus punya mindset bahwa apa yang kita share akan ada selamanya ada karena kalau punya mindset ini kita akan berhati-hati dan tetap bijak ketika pengen posting sesuatu,” jelasnya dalam webinar yang dipandu oleh Idfi Pancani ini.
Ia juga menjelaskan, dulu sebelum ada internet nama buruk kita cuma ada di lingkungan kita tapi sekarang ada digital, jikarekam jejak buruk maka akan dilihat oleh seantero bumi. Jika rekam jejak buruk akan muncul di Google apalagi kalau sempat masuk berita makanya rekam jejak digital sama dengan reputasi dan menghapusnya sulit apalagi sudah ke link dengan beberapa website.
Ada beberapa langkah yang bisa diterapkan agar kita bisa dan mau membuat rekan jejak yang positif yaitu ramah dan selalu positif karena rekam jejak digital sama dengan reputasi.
“Kita mau dikenal di dunia digital sebagai orang yang negatif atau orang yang positif terserah kita sebaiknya orang yang positif karena memudahkan segalanya di kedepannya.Karena anonymous pun bisa terdeteksi dari metadata yang kita ambil itu,” katanya.
Lia Ariyanti, Founder Momomaru mengatakan literasi digital juga berperan untuk mengubah mindset konsumtif jadi produktif. Perkembangan zaman yang semakin modern membuat beberapa masyarakat Indonesia terbawa dalam pola hidup konsumtif.
Saat ini dengan adanya kecanggihan teknologi disertai kemudahan akses internet terutama melalui smartphone semakin memudahkan kita untuk memenuhi kebutuhan hidup primer pokok sekunder pelengkap dan tersier mewah. “Sekarang kita bisa membeli kebutuhan tersebut tanpa harus keluar rumah,” ucapnya.
Webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi ini juga menghadirkan pembicara lain seperti Lusia Lamalewa, S.Kom, M. Cs, Dosen dan Asisten Ahli dan Ichsan Colly sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.**