Literasi Digital Bisa Kurangi Perilaku Konsumtif
Alor NTT – Perubahan perilaku yang terjadi karena perkembangan teknologi membuat beberapa daerah terutama daerah yang masuk kategori 3T kewalahan. Tingginya resiko karena kurangnya pemahaman tentang literasi digital, membuat masyarakat di daerah 3T semakin dipaksa untuk melek digital.
Banyak orang menjadi melek digital karena tuntutan belajar dan bekerja dari rumah, pembelajaran daring yang menuntut semua orang. Baik pekerja, mahasiswa, dan orang-orang tua harus memiliki perangkat android dan harus juga paham digital. Perubahan ini terjadi setiap harinya dan merubah pola pikir yang ada.
“Di kesempatan seperti ini bagaimana kita mengubah pola pikir konsumtif menjadi lebih produktif. Tujuannya agar program literasi digital, sekiranya membantu kita untuk merubah mindset lebih produktif dalam menggunakan media digital,” ucap Rektor Universitas Tribuaana Kalabahi, Alvonso F Gorang dalam acara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Rabu (4/8/2021).
Alvin juga mengatakan berubahnya pola pikir ini diiringi dengan munculnya perusahaan rintisan atau start-up yang sangat memberi kesempatan ruang yang luas untuk menimbulkan perilaku konsumtif itu. Beberapa perusahaan rintisan yang sudah berkembang, sudah berjalan dengan lancar.
Sehingga hal ini telah menjadi budaya baru yang banyak digunakan orang-orang di jaman ini. Karena dibanding datang ke tempat-tempat atau toko yang konvensional, kita bisa membeli sesuatu secara mudah dan cepat. Hal ini juga merupakan faktor yangdapat memicu perilaku konsumtif. Terlebih jika ditunjang oleh adanya daya beli masyarakat, terutama yang memiliki pendapatan tetap atau mereka yang bekerja di sektor formal.
“Semua ini dapat menjadi lebih beresiko, dan terjerumus ke dalam perilaku konsumtif ketika kita tidak ditunjang dengan pengetahuan literasi digital karena sangat rentan berperilaku konsumtif,” ujarnya.
Terlebih jika pengetahuan tentang literasi digital itu terbatas, maka akan semakin memperburuk keadaan karena kita dapat terperangkap dalam berbagai strategi pemasaran online yang menghadirkan berbagai pilihan menggiurkan. Baik produknya, branding yang terbentuk oleh pemasarannya dan berbagai metode pembayaran yang beragam dan menggiurkan.
“Pemahaman dan pengetahuan tentang literasi digital ini sangat penting. Untuk menghindari perilaku konsumtif yang terjadi ketika seseorang membeli berdasarkan keinginan saja, bukan kebutuhan,” tuturnya.
Perilaku ini adalah perilaku yang tidak pernah puas dengan kesenangannya sendiri dan tidak mempertimbangkan fungsi atau kebutuhannya. Penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan serta adanya pola hidup yang dikendalikan oleh keinginan untuk memenuhi hasrat semata-mata.
Selain itu, Alvin juga menjelaskan dampak positif dan negatif yang diberikan dari perilaku konsumtif ini. Dampak positif dari perilaku konsumtif yang banyak dilakukan oleh konsumen atau masyarakat juga membantu pergerakan ekonomi. Seperti menambah pemasukan pajak, membuka lapangan pekerjaan, menciptakan pasar baru bagi pelaku-pelaku ekonomi digital.
Dampak negatifnya tidak bisa mengatur dan mengendalikan diri, terjebak hutang, terjebak dalam hidup materialistis, hedonism sehingga menghalalkan segala cara karena gengsi yang tinggi. Membeli hanya untuk status sosial, tidak mau ketinggalan tren, tidak bisa mengontrol diri saat ada penawaran menarik.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi menyelenggarakan Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital. Webinar kali ini dilakukan di wilayah Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Barat, Rabu (4/8/2021). Webinar kali ini menghadirkan pembicara yaitu Rio Mulyono (Direktur Utama PT. Andara Lintas Indonesia), Silvia Kartika (Assistant Vice President, Ecosystem and Business Development Bank DBS Indonesia), dan Alvonso F. Gorang (Rektor Universitas Tribuaana Kalabahi), dan Eryvia Maronie.
Dengan acuan 4 pilar utama yaitu Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Selain itu juga merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten.