Revolusi Industri Serba Digital Melahirkan Sebuah Literasi Baru
Kepulauan Buru – Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era revolusi industri 4.0 ini memberikan manfaat sekaligus tantangan tersendiri. Bagi dunia pendidikan, tantangannya terletak pada pengembangan dan inovasi dalam pembelajaran yang berbasis teknologi.
Hal itu dikatakan oleh Hayati Hehamahua Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kepulauan Buru, Malulu Kamis 5 Agustus 2021. Menurutnya, perkembangan teknologi informasi ini memberikan tantangan terhadap bangsa dan negara. Arus informasi dari penjuru dunia tanpa sekat, masuknya budaya asing, dan paham-paham asing yang dapat melunturkan nilai-nilai nasionalisme atau kebangsaan.
“Perkembangan teknologi dan komunikasi ini perlu dimanfaatkan dengan baik melalui penguatan paham wawasan kebangsaan pada warga negara. Penguatan pemahaman wawasan kebangsaan, dapat dilakukan di dunia pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi,” ujar Hayati dalam webinar yang dipandu oleh Jhoni Chandra ini.
Hayati mengatakan, era revolusi industri 4.0 serba digital ini melahirkan sebuah literasi baru yakni literasi data, literasi manusia, dan literasi teknologi. Literasi digital dapat termasuk ke dalam gabungan antara literasi teknologi dan literasi data. Namun, literasi digital dibutuhkan kemampuan untuk menggunakan teknologi dan kemampuan atau membaca serta menggunakan informasi ( big data ) di dunia digital.
Contohnya anjuran pemerintah pemakaian masker, menjaga jarak itu adalah bentuk kepedulian pemerintah kepada masyarakatnya. Sehingga masyarakat perlu membaca informasi yang sehat dengan pikiran yang normal ,nurani yang sehat.
“Dengan mengikuti apa alasan pemerintah dan mengikuti anjuran pemerintah, demi menjaga semua itu masyarakat haruslah patuh terhadap apa yang disampaikan oleh pemerintah,” imbuhnya.
Menghindari hal-hal negatif dan mengedepankan sisi positif ini juga disinggung oleh pembicara lainnya Nannette Jacobus, seorang Relawan Kemanusiaan. Dikatakannya alasan kenapa kita harus memposting dan berkomentar positif di medsos adalah karena jejak digital kita tak bisa hilang. Jika ada jejak digital yang negatif, suatu saat akan ketahuan dan merugikan masa depan kita.
“Era digitalisasi mau tidak mau kita harus menyadari bahwa kita sudah masuk di era digital, gak penting lagi usianya berapa, pekerjaanya apapun semua terkena imbas oleh digitalisasi. Kita dipaksa mendigitalisasikan hidup kita. Sangat disayangkan jika kita tidak mau meningkatkan literasi digital kita, potensi kita bisa lebih luas jika ikut digitalsiasi, jika tidak kita akan ketinggalan jaman,” ujar Nannette.
Sementara itu identitas digital adalah instrument atau kumpulan data yang digunakan untuk membuktikan eksistensi seseorang di dunia digital. Gabungan dari katareristik dan juga jenis interaksi yang kita lakukan di sosmed.
“Setiap sosmed memiliki pandangan yang berbeda dalam melihat identitas digital seseorang. Misalnya kita sering buka otomatif setelahnya kita akan dapat iklan otomatif. Jika kita like seseorang itu akan jadi identitas kita, besok kita dapat postingannya jadi engage nya kita. Jejak digital adalah tapak data jejak langkah yang tertinggal setelah beraktivitas di internet baik sengrja atau tidak,” tandasnya.
Selain Nannette dan Hayati, pembicara lain yang ikut berbagi wawasan literasi digital dalam webinar ini adalah Grace M Moulina, Head of Marketing Communication & Event Departement dan Ahmad Affandy sebagai Key Opinion Leader.
Webinar Literasi Digital wilayah Kepulauan Buru, Maluku merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.