Headlines

Kejahatan Digital Bisa Menimpa Teknis dan Penggunanya

Gianyar  – Pandemi ini memaksa kita untuk makin cepat bertransformasi ke arah digital dengan keterbatasan yang terjadi kita harus menjalankan semuanya dengan digital.

Di masa pandemi ini juga jadi banyak hal yang berubah dan banyak kebiasaan yang harus dirubah serta banyak aktivitas yang tidak bisa dilakukan otomatis mau tidak mau harus membiasakan diri beraktivitas secara digital atau daring.

Meski begitu segala aktivitas kita di dunia digital dan segala kreativitas kita di berbagai platform itu menjadi kebablasan sehingga menjadi korban kejahatan digital.

Hal itu dikatakan oleh Dedy Panji Agustino, S.Kom, M.MSi, Head of Business Incubator ITB STIKOM Bali dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Gianyar, Bali Jumat 6 Agustus 2021.

Dikatakan Dedy, gara-gara pandemi ini pula angka transaksi digital di berbagai platform digital makin tinggi karena dipicu aktivitas dirumah saja atau work from homen. “Semua aktivitas dilakukan secara daring termasuk kebiasaan berbelanja serta bertransaksi jadi secara statistik sudah jelas bahwa angka transaksi digital itu naik akan naik drastis,” ujar Dedy dalam webinar yang dipandu oleh Claudia Lengkey ini.

Lebih lanjut kata Dedy, karenanya otomatis semakin tinggi transaksi digital ini maka potensi untuk kejahatan yang mengintai serta potensi kecurangan yang terjadi semakin besar. Atau dengan kata lain  makin tinggi data transaksi maka kejahatan akan makin tinggi pula.

“Maraknya kejahatan ini juga dipicu oleh kelalaian pengguna internet. Sebab  menyusul ketertarikan kita terhadap segala transaksi digital ini semakin tinggi dan akhirnya banyak orang yang menganggap itu sebagai sekarang sebagai satu hal yang lumrah sehingga meninggalkan aspek aspek keamanan,” bebernya,

Untuk itulah setiap pengguna internet harus memiliki kesadaran untuk bijak agar aman di ruang digital. Karena kejahatan digital tidak ada batas ruangnya. Dan setiap negara punya peraturan berbeda-beda dan ini yang sering jadi hambatan penegak hukum untuk memprosesnya ketidaksamaan yuridis ini juga jadi peluang untuk pelaku kejahatan lintas negara.

Dan dikatakannya juga bahwa kejahatan di dunia ruang digital itu mayoritas terjadi karena kurangnya kesadaran kita sebagai user kurang. Banyak juga dari kita yang sudah merasak cakap menggunakan tools padahal kesadaran kita kita soal fisik security atau sisi keamanan itu masih rendah.

“Contohnya misal username dan password masih banyak yang memakai password yang sama untuk beberapa platform media sosial padahal idealnya kan harus berbeda-beda untuk menghindari kejahatan terjadi menimpa semua platform medsos yang kita punya,” ungkapnya sambil menambahkan ancama semakin besar saja jika passwordnya pun mudah ditebak.

Kejahatan digital ini bisa menimpa dua sisi yaitu tekhnis dan penggunanya. Disebut teknis karena memang biasanya kejahatan-kejahatan ketika terjadinya transaksi online atau jual beli online atau pertukaran data di online ini adalah akibat dari banyaknya sistem-sistem yang masih punya vulnerability atau kelemahannya karena sistem dibuat oleh manusia jadi pasti masih punya celah keamanan yang bisa diretas.

Sementara itu Hendrik Setyo mengatakan menggali informasi di media sangat penting dengan landasan bahasa Inggdris. Sehingga setiap pengguna perlu mempersiapkan diri belajar bahasa Inggris agar bisa berinternet dengan efisien dan efektif juga tept.

“Selain kemampuan dasar berbahasa Inggris, kita haru memahami kebutuhan dan tujuan mencari informasi dan pahami kata kunci dari apa yang mau dicari hati-hati dengan situs yang tidak memiliki kejelasan status pelajari cara mengatur bookmark di browser anda diskusikan informasi yang didapat ingat diskusi dan menyebarkan adalah dua hal berbeda,” ujar Hendrik.

intinya adalah pelajari bahasa Inggris karena search engine ini karena bahasa Inggris dasar bahasa Inggris dasar paling tidak harus bisa. Selain itu harus dipelajari juga tentang kata kunci apa yang mau dipakai. “kolaborasi dan komunikasi digital efektif efisien dan tepat sangat penting karena jarak dan waktu terbukti tidak ada artinya. Dan jika kita kehilangan kesempatan untuk berkembang dengan memanfaatkan ruang digital makan akan tertinggal. Jika kita mampu memahami tools dan juga triknya untuk kolaborasi digital secara efisien adalah pemenangnya.

Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Gianyar, Bali merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Anggie Ariningsih, CEO Fintech P2P Lending, dan Dhan Geisha sebagai Key Opinion Leader. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *