50.000 Data Scientist sebagai Talenta Digital Masa Depan Siap Dibangun Kura-Kura Bali
Nusa Dua, 8 Agustus 2022 – Pertumbuhan ekonomi di Bali sangat terdampak akibat pandemi, menyebabkan kontraksi ekonomi sebesar 9,33% di tahun 2020 dan bahkan -2,74% di tahun 2021. Hal ini disebabkan karena 20,27% ekonomi Bali tergantung dari sektor pariwisata yang terhambat akibat terbatasnya mobilisasi saat pandemi. Namun, pandemi juga membuka kesempatan baru untuk melakukan diversifikasi ekonomi dan adopsi teknologi secara lebih cepat.
Pembelajaran dari peristiwa ini telah mengundang inisiatif kolaborasi dari pemerintah dan sektor swasta, termasuk Yayasan Upaya Indonesia Damai (UID) dan Kura Kura Bali untuk mendorong terbentuknya ekosistem pendukung bagi masyarakat Bali untuk terus berkembang dan semakin tangguh di era digital.
Adapun inisiatif ini sejalan dengan enam strategi dari Peta Jalan Transformasi Ekonomi Kerthi Bali yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 3 Desember 2021 lalu, yaitu Bali Pintar dan Sehat, Bali Produktif, Bali Hijau, Bali Terintegrasi, Bali Smart Island, dan Bali Kondusif.
Salah satu inisiatif yang telah dilakukan di Bali ini telah dibagikan oleh Tantowi Yahya selaku Presiden Yayasan Upaya Indonesia Damai (UID) dan Kura Kura Bali dalam diskusi 3rd Working Group Meeting G20 yang diselenggarakan oleh Kementerian Bappenas berjudul “Transforming the Economy Towards a Resilient and Sustainable Economic Growth” hari ini.
Dalam diskusi pembukaannya, Tantowi menegaskan, “Saat ini, kita tidak mungkin menghindari digitalisasi. Kerthi Bali telah menjadi platform yang mempercepat proses digitalisasi di Bali, khususnya untuk industri di luar sektor pariwisata. Dengan digitalisasi, pekerjaan dapat dilakukan lebih efektif dan produktif.”
“Kami juga melihat peluang yang besar agar Bali bisa mencapai cita-cita yang kami sebut sebagai Happy Bali Digital Ecosystem, di mana terdapat perubahan paradigma masyarakat untuk terus menerus menciptakan inovasi dan budaya belajar yang tinggi untuk menyelesaikan permasalahan lokal dengan dukungan dari perkembangan teknologi,” tambah Tantowi.
Sebagai langkah awal terhadap cita-cita tersebut, Kura Kura Bali sedang membangun lahan seluas 500 hektar untuk merancang Bali bernuansa masa depan. Beberapa hektar diantaranya akan digunakan untuk membangun Tech Park sebagai sarana mengembangkan talenta 50.000 data scientist dan tempat mereka berkarya di dalam industri berbasis digital yang direncanakan selesai dalam tiga tahun mendatang.
“Ini komitmen kami dari sektor swasta untuk menciptakan Bali yang tangguh untuk menghadapi tantangan, di mana masyarakatnya terjamin kesejahteraannya, dan didukung oleh pemerintah daerah yang kuat. Kami berharap agar prinsip Tri Hita Karana (THK) yang telah mengakar sebagai pedoman hidup masyarakat Bali dapat membantu terwujudnya masyarakat yang bahagia, berdaya, dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.”
Menurut studi yang dilakukan AlphaBeta (2020) , dengan akselerasi talenta digital yang dimulai sejak sekarang, maka pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia akan meningkat sebesar 16% menjadi Rp 4,434 triliun dibandingkan jika menggunakan skenario business-as-usual yang hanya akan meningkatkan PDB Indonesia sebesar 7% atau Rp 1,965 triliun saja, pada tahun 2030.
Saat ini, Yayasan UID telah membuka kerja sama dengan universitas tingkat global yaitu, Tsinghua University dan mendirikan Tsinghua Southeast Asia Center di Bali sebagai pusat dari pengembangan para data scientist tersebut.
“Sudah saatnya seluruh pemangku kepentingan memiliki kesadaran kolektif untuk menyelesaikan permasalahan bersama, seperti permasalahan perubahan iklim, permasalahan kemiskinan, dan seterusnya. Semakin besar kesadaran kolektif ini, maka akan semakin besar dampak dari inisiatif bersama tersebut. Mari kita dukung tercapainya SDGs dengan terus berinovasi dan berkolaborasi,” tutup Tantowi. (Abi)