Digital Skill Tak Bergantung pada Mahal atau Tidaknya Gadget, Tapi Pada Kualitas Pemahaman Diri
Mimika- Teknologi digital saat ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pesatnya perkembangan teknologi digital makin dirasakan di masa pandemi ini. Dimana tak hanya di Indonesia, hampir di seluruh dunia menerapkan pembatasan mobilitas.
Menurut Hendrick Setioadithyo, Head of Marketing The Goods Dept dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Mimika, Papua Kamis 5 Agustus 2021, digital skill memang diperlukan untuk menghadapi era pandemi covid 19 dan setelahnya.
“Ada empat pilar digital skill yang harus terus digaungkan dan diterapkan yaitu penguasaan perangkat lunak dan keras digital, menggali informasi di media digital, cara kolaborasi dan komunikasi digital dan memahami bisnis dan marketing digital,” ujar Hendrick dalam webinar yang dipandu oleh Yulian Noor ini.
Ia juga menekankan pada pentingnya penguasaan perangkat lunak dan keras digital karena kemampuan penguasaan teknologi seperti gadget menjadi skill yang wajib dimiliki. Dengan menguasai gadget, pekerjaan bisa menjadi lebih efisien.
“Anda dapat mencari informasi dengan memanfaatkan internet melalui kegiatan pemasaran dan mengerjakan kegiatan pembukuan melalui beragam aplikasi yang tersedia,” imbuhnya.
Selain itu juga penting adalah penguasaan perangkat lunak dan keras digital yang toolsnya bisa dipelajari seperti Google, Facebook, Instagram, WhatsApp, YouTube, Microsoft office serta Google workspace untuk perangkat lunak.
Sementara itu kemampuan perangkat keras juga perlu ditingkatkan seperti Ponsel, laptop, PC, tablet PC ataupun kamera digital. “Gunakan tools yang ada bukan spesifikasi atau harga gadget yang menentukan bagus atau tidaknya hasil tapi pemahaman kita terhadap tools tersebut,” terangnya.
Untuk itulah perlu memahami tujuan dari kegiatan digital Anda dan tentukan objektif yang jelas dan tajam. Yang perlu dipahami juga adalah kita tidak perlu mempelajari semua perangkat lunak bersama-sama dalam tata bersamaan tapi pahami masing-masing fungsi dasarnya lalu pertajam sesuai kebutuhan. “Karenanya yang harus diingat terus adalah: Jangan ragu bertanya!”
Karenanya penting mengetahui langkah-langkah agar kita bisa lebih efisien dan efektif dalam menggali informasi di media digital. Hal ini penting karena internet adalah gudangnya ilmu. Tetapi tidak semua terjadi dengan tepat apabila tidak tepat malah cenderung akan terkena hoax atau misinformasi.
“Oleh karena itu pahami kebutuhan dan tujuan mencari informasi, pahami kata kunci dari apa yang mau dicari. Juga harus hati-hati dengan situs yang tidak memiliki kejelasan status, pelajari cara mengatur bookmark di browser. Penting juga untuk diskusikan informasi yang didapat ingat diskusi dan menyebarkan adalah dua hal yang berbeda,” kata Hendrick.
Kehati-hatian di dunia digital agar terhindar hoaks dan misinformasi serta kesalahan dalam penggunaannya dikatakan juga oleh pembicara lain Driana Rini Handayani, Blogger, bahwa di dunia digital juga da rambu-rambu yang boleh dan tidak boleh diterapkan agar interaksi kita aman dan nyaman.
Lebih lanjut dikatakannya, contohnya adalah soal penggunaan karya orang lain di dunia digital. Menurut hukum hak cipta semua konten asli yang anda buat dan rekam dalam bentuk aslinya adalah kekayaan intelektual anda. Ini berarti orang lain tidak dapat secara legal menduplikasi pekerjaan Anda dan berpura-pura bahwa itu miliknya sendiri. Mereka tidak boleh mengembangkan hal-hal yang dibuat oleh orang lain
“Yang boleh adalah mengutip dan merujuk saja. Tetapi tidak boleh menyalin, mengubah, menggunakan tanpa menyebutkan pemilik asli serta memanfaatkan konten atau karya orang lain tanpa izin demi mendapatkan keuntungan. terinspirasi itu boleh,namun jangan menjiplak,” jelas Driana.
Webinar Literasi Digital untuk wilayah Kabupaten Mimika, Papua merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Ishak Beno, Dosen Prodi Matematika Uncen, Adhy Basto sebagai Key Opinion Leader.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.