Wah, Ternyata Ada Situs Pencari Selain Google
Denpasar – Dunia digital membuat kemudahan mencari informasi. Orang awam mengatakan apapun yang ingin kita butuhkan ada di google. Sebutan ‘Mbah Google Tahu Segalanya’, seakan sudah familiar di telinga mahkluk bumi yang telah terkoneksi dengan dunia internet.
Tapi, sebetulnya tidak hanya mbah google yang canggih dan tahu segalanya, ada nama lain yang juga kita bisa ‘mintai tolong’. Menurut I Nyoman Rudy Hendrawan, S.Kom, M.Kom, Dosen ITB STIKOM Bali, dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kota Denpasar, Bali Senin 19 Juli 2021, untuk mendari segala informasi, seluruh pengguna internet tak bisa lepas dari Search Engine (SE), salah satunya adalah google.
“Begitu pentingnya search engine untuk pengguna internet. Contoh saja ada yang mengatakan seorang sarjana yang baru lulu tak lengkap kalau tidak lulus ‘skill googling’, sehingga dikatakan bahwa skill googling menentukan kelulusan. Karena untuk belajar atau mencari materi tak mungkin lepas dari SE,” tuturf Nyoman Rudy dalam Webinar yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi.
Lebih lanjut dijelaskan Rudy bahwa SE tak hanya Google, ada banyak nama lain SE yang juga terkenal di dunia, diantaranya yang juga masuk 10 SE paling popular di dunia adalah Microsoft Bing, Yahoo, Baidu, Yandex, DuckDuckGo, Ask.com dan Ecosia.
Diterangkannya juga bahwa ada beberapa kekurangan dan kelebihan masing-masing SE seusuai dengan tujuan pencarian informasi yang kita inginkan. Ada SE yang terdapat iklannya da juga yang tidak.Iklannya dikeluarkan oleh penyedia layanan dengan mendasarkan pada memonitor pencarian kita, berdasarkan user juga, aktivitas internet kita terekam.
“Misal saja DuckDuckGo tak merekam hasil pencarian key word kita, karena duckduckgo tidak untuk jualan tapi komunitas dan hasil pencarian masing masing SE itu ada kelebihan dan keurangan. SE biasanya digunakan untuk pencarian konten internet dengan lisensi berbayar ataupun bebas,” katanya.
Sementara itu untuk mencari informasi agar lebih efektif ada langkah-langkah yang bisa diterapkan yaitu hindari penggunaan lebih dari 5 kata untuk pencarian umum. Karena nantinya hasil pencarian agak kurang efektif dan konten yang kita temukan sulit didapatkan. “Idealnya pakai 3-5 kata pencarian agar hasil bisa mengerucut.
Selain itu jangan juga mengetikkan yang terlalu umum karena terlalu luas dan ganti kombinasi keyword jika tidak sesuai. Untuk menghindari berita basi lihat tanggal dan sumber. Sedangkan untuk pencarain gambar perhatikan penanda hak cipta.
“Yang juga harus diingat adalah Google bukan the one and only. Jika keluar hasilnya dengan urutan teratas media media terpercaya. Hasilnya bagus, tapi kalau hasil nya bukan merdia terpercaya jangan langsung percaya. Harus selalu skpetis dari hasil pencarian cari lagi informasi itu hoax atau tidak dengan cek fakta.”
Sementara itu pembicara lain Ferina Suci seorang Content Creator memberi wawasan tentang beretika di media sosial khususnya bagi pelaku bisnis onlien. “Sama seperti kita memperlakukan konsumen di dunia nyata bahwa pelayana prima sangat berpengaruh pada hasil bisnis kita,” ujar Ferina.
Dijelaskan juga oleh Ferina bahwa sapaan-sapaan akrab untuk pelanggan sangat perlu dilakukan serta sabar melayani konsumen yang marah dengan selalu tersenyum.
Selain itu cara menghadirkan pelayanan prima di media digital adalah dengan memberikan batasan waktu pelayanan yang cepat, responsive dan kreatif. Juga perlu lakukan survey dan evaluasi dalam pelayanan apakah semua pelayanan kita cukup. Bisa bertanya kepada customer nilai apa lagi yang perlu ditambah dari pelayanan sebelumnya.
“Kesediaan melayani jadi yang trepenting, jangan sampai ogah ogahan merespon. Karena secara digital susah melihat emosi tapi bahasa digital juga terasa karena baik di dunia nyata dan maya bahwa konsumen adalah raja.”
Selain Nyoman Rudy dan Ferina juga hadir sebagai pembicara adalah Richy Hendra, Sr SEcutiry Engineer MXAXPLUS dan Tisa sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.**