Ada 4 Warna di Konten Instagram yang Bisa Menghasilkan Engagement Tinggi

0

Tabanan – Dalam rangka mewujudkan masyarakat indonesia yang paham akan literasi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi menggelar acara Webinar Literasi Digital di Kabupaten Tabanan Bali Kamis 1 Juli 2021 2021.

Melalui webinar ini, Kemenkominfo berharap dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif. Dalam webinar yang digelar di Kabupaten Tananan Bali.

Dalam Webinar dengan moderator Claudia Lengkey, hadir para pembicara yakni Fadli Arihsa, Senior Security Engineer MAXPLUS, Rendy Doroii, Digital Communication Consultant, I Wayan Tirta Ginawijaya,S.Fil, H.M.Ag, Dosen STAH Mpu Kuturan Singaraja, I Putu Heri Dianandika , S.Pd, H, M.Pd, Ketua Aliansi Pemuda Hindi Bali Kabupaten Tabanan, dan Nata Gein sebagai Key Opinion Leader.

Menggunakan internet dengan cerdas ini pula yang dibahas oleh I Wayan Tirta Gunawijaya dalam webinar yang digelar oleh Kemkominfo dan Siberkreasi ini. Menurutnya setiap pengguna media sosial harus menerapkan etika untuk berkegiatan.

Karena sesungguhnya interaksi kita dalam berbicara di ruang digital  itu hampir sama dengan saat kita berbicara di tempat umum secara langsung.

Lebih lanjut ia mengatakan, etika harus dipahami sebagai norma aturan yang dipakai suatu masyarakat atau kaidah tatanan bagi kita dalam melakukan proses kehidupan di dunia nyata dan maya.

“Di dunia maya juga perlu saling menghormati dan menghargai karena ruang lingkup maya lebih besar karena terhubung dengan jaringan di banyak tempat. Karenanya wajib hukumnya berprilaku baik. Penting meminta maaf ketika melakukan kesalahan dan itu salah satu bentuk saling menghargai,” imbuhnya.

Ia juga mengingatkan bahwa jejak digital di dunia maya sangat sulit dihapuskan karenanya selalu berupaya mengisinya dnegan sesuatu yang positif dan menghindari hal-hal negative dan tidak menyebarkan kebencian.

“Jangan berkata kasar karena itu menunjukkan kualitas diri selain memberi ketidaknyamanan pada orang lain. Apa yang kita unggah merupakan refleksi diri kita karena media sosial adalah etalase branding penggunanya.”

Ia juga kembali menyitir hasil survei yang dilakukan oleh Microsoft yang memperlihatkan bahwa para netizen Indonesia menjadi netizen yang paling tidak sopan se Asia Pasifik. Dalam survei itu Indonesia menempati posisi ke-76 tidak beretika dengan catatan semakin tinggi angkanya maka tingkat kesopanan semakin buruk.

“Dari survei itu ternyata di Indonesia penyumbang terbesar jumlah netizen dengan kesopanan buruk adalah yang berusia dewasa dengan porsi 68 persen sehingga bisa dibilang anak muda relatif lebih beretika,” ungkapnya.

Selain wajib beretika dalam beraktivitas di media sosial, kreativitas juga dibutuhkan. Hal itu dikatakan oleh pembicara lain, Rendy Doroii. 

Menurut Rendy, salah satu platform digital yang paling ramai adalah Instagram. Rendy mengatakan bahwa Instagram yang dibuat para Oktober 2010 itu bertujuan untuk memanjakan visual penggunanya dengan warna-warnai didalamnya. 

“Mata manusia tertarik dengan warna karenanya Instagram dibuat dengan warna-warna menarik,” jelasnya.

Ia juga mengatakan hasil sebuah studi Pantone Color tahun 2018 terhadap 75 akun influencer degan masing-masing memiliki minimal 50 ribu follower didapat ada empat warna yang menjadi kesukaan mata manusia.  Yaitu biru tosca (ocean depth), warna kekuning emasam (harvest gold), biru langit (ethereal blue) dan pink soft (rose dawn)

“Dari penelitian itu bisa disimpulkan pada dasarnya kuncinya adalah warna bgright atau terang adalah salah satu jenis konten dengan engagement tinggi. Follower akan berhenti pada konten yang menarik mata eye catchy, saat scroll maka akan berhenti pada warna itu dan bisa menghasilkan like,” bebernya.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi dig

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *