Pentingnya Etika dan Brand Image Dalam Pengembangan Bisnis Lokal

0

Sorong – Pengembangan bisnis lokal menjadi kunci agar produk daerah bisa bersaing di kancah nasional hingga dunia. Dalam pengembangan bisnis, Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Papua Sorong, Andrei Maryen, mengatakan bisnis harus mengedepankan etika.

“Kenapa harus ada etika bisnis? Karena bisnis tidak boleh hanya untuk meraih keuntungan atau profit, tapi juga bagaimana menciptakan nilai yang bermanfaat bagi sesama manusia dan lingkungan,” tuturnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021, wilayah Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (1/7/2021).

Pengembangan bisnis lokal juga wajib menggunakan brand image. Dengan brand image yang tepat, produk akan mendapatkan target pasar yang sesuai sekaligus meningkatkan penjualan.

Poin penting lainnya dalam pengembangan bisnis lokal adalah membawa pesan local pride. Local pride memiliki arti bahwa produk yang dihasilkan merupakan kebanggaan daerah tersebut dan mencirikan identitasnya.

Ia mengambil contoh produk Noken asli Papua, yang kini merambah dunia internasional. Noken merupakan tas tradisional yang dibuat dengan menggunakan kelapa dan serat kulit kayu.

Tentu saja Papua memiliki noken dengan berbagai jenis, tipe, dan bentuk. Namun untuk menembus pasar tradisional, harus ada identitas yang disematkan.

“Misalnya dalam promosinya, kita jelaskan bahwa noken dibuat oleh orang asli Papua, tanpa mesin. Juga menggunakan bahan-bahan yang tidak merusak lingkungan. Ini memiliki nilai tambah untuk dipasarkan secara internasional,” papar Andrei yang juga berkecimpung di dunia entepreneur sebagai musisi dan creative design.

Promosi dalam bentu storytelling menurutnya sangat penting. Dengan storytelling, pengguna akan merasa lebih dekat dengan produk dan lebih mau mempromosikannya ke orang lain.

Berbicara di kesempatan yang sama, Rahma Ramadhan atau yang biasa dikenal sebagai Dhan Geisha, memberikan pesan tentang betapa pandemi pentingnya terus berkarya dan belajar di tengah pandemi.

Adanya pembatasan perjalanan membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Dengan banyak waktu luang, ia pun belajar hal baru agar bisa terus menghasilkan karya yang relevan.

“Banyak perubahan saat pandemi. Saya jadi belajar bikin camilan, belajar mixing hanya dengan modal youtube. Jika ada kemauan kita pasti bisa melakukannya,” tutur Dhan.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia.

Hadir juga dalam webinar kali sebagai pembicara adalah Sarah Mirati Founder MOOI Papua, 

Robby Wahyu Hutomo Sr. Security Consultant Maxplus, dan Bernadus Dian Adi Prasetyo Account Director Weber Shandwick.

Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *