UMKM Beralih ke Digital Agar Bertahan Lewati Pandemi Covid

0

Lombok Timur- UMKM Indonesia terpukul cukup keras pada pandemi COVID-19. Berbagai cara dilakukan oleh UMKM agar dapat bertahan. Salah satunya dengan menambah saluran pemasaran dan beralih ke digital. Cukup banyak UMKM jadi pemain baru di platform online pada masa pandemi. Dan marketplace adalah pilihan utama mereka ketika masuk ke platform penjualan online.

Menurut Dr. Suparlan , SE, M. Sc.A, Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunung Rinjani, produk lokal masih membutuhkan pemasaran yang maksimal dan promosi yang gencar serta perlu dukungan pemerintah agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

“Perlu adanya perlindungan terhadap produk lokal yang dari seluruh daerah di Indonesia yang memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri. Jangan sampai produk lokal tidak bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri,” ujar Suparlan dalam Webinar Literasi Digital yang digelar Kemkominfo dan Siberkreasi di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Selasa 29 Juni 2021.

Ditambahkannya juga persoalan kesulitan bersaing di negeri sendiri ini memang nyata. Sejumlah masalah yang harus dipecahkan dari ketidakmampuan bersaing di dalam negeri diantaranya karena kualitas produk rendah, harga juga mahal, bahan baku, pangsa pasar dan kemampuan memasarkan kurang apalagi ada pandemi.

“Dulu mengandalkan kedatangan turis, karena pandemi seharusnya memanfaatkan perkembangan dunia digital, tapi masih ada yang pengetahuan internetnya rendah. Karena literasi digital begitu penting untuk membantu UMKM daerah agar tetap eksis di masa pandemi.”

Di Lombok sendiri, kata Suparlan, banyak produk lokal UMKM yang belum semuanya bisa terangkat padahal semuanya memiliki keunikan dan kekhasan yang jarang ditemui di daerah lain.  Ia pun membeberkan sejumlah produk NTB seperti  Kain Tenun Pringga Sela, anyaman ketak Desa Beleke Lombok Tengah, Kendi Maling, Kerajinan Cukli Lendan, Telur Asin Bakar Terara, Dodol Rumput Laut, susu kuda liar Sumbawa, Susu Kerbau Liar Desa Penyaring Sumbawa hingga terasi Lombok dan ayam Taliwang.

Sementara itu Adinda Atika menyampaikan jenis-jenis transaksi digital di era new normal. Adinda mengatakan pentingnya cashless untuk era sekarang dengan menggambarkan apa jadinya saat ini jika taka da cashless, kita harus membayar sesuatu dengan uang cash. DI Indonesia 2009 BI mengeluarkan regulasi uang elektronik, Bi mengadakan gerakan nasional non tunai.

Cashless adalah pembayaran yang tidak menggunakan uang cash HP atau kartu. DIkatakanya, cashless adalah metode digital untuk melakukan pembayaran di antara dua pihak tanpauang secara fisik. Saat ini kelebihan cashless ini banyak dipilih warga karena lebih efisien dan aman, lebih higienis saat pandemi dan lebih hemat karena promo dan diskon.

“Tergantung kepada bagaimana kita memanfaatkanya jika ada diskon, meski kalua kita borosjadi lebih membeli lebih dari yang kita butuhkan,” ujarnya.

Ia juga membahas tentang jenis jenis transaksi digital di era new normal. Yang pertama adalah banking card, mobile wallet, bank prepaid card, internet banking dan mobile banking.

Selain kedua narasumber di atas juga hadir dalam webinar dengan moderator Yulian Noor pembicara lain yitu Chirs Jatender, Kaprodi Teknik Informatika STTI STIENI, DR.Sri Wahyuni M.Pd,Kepala SEkolah SMAn 1 Selong dan Key Opinion Leader Adelita seorang Publik Figur.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *