Jembrana Lokasi Proyek Surveilan Penyakit EHP Udang

0

Jakarta- Kabupaten Jembrana Bali dipilih sebagai lokasi proyek Food and Agriculture Organization (FAO) yang tengah mempersiapkan percontohan surveilan penyakit EHP (Enterocytozoon Hepato Penaeid) pada udang.

Indonesia dipilih dalam lokasi proyek ini, sebagai bentuk apresiasi FAO atas kesuksesan Indonesia dalam pencegahan penyakit ikan.

Strategi nasional penanganan penyakit ikan khususnya udang, yang dimiliki Indonesia dinilai terbukti berhasil dan tidak setiap negara memilikinya.

Atas kesuksesan ini, Indonesia bersama Vietnam dipercaya sebagai negara percontohan implementasi metode strategi biosekuriti bagi usaha budidaya yang sedang dikembangkan oleh FAO.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, meyatakan bahwa kepercayaan FAO ini sekaligus juga merupakan pengakuan dan dukungan dari lembaga serta negara internasional atas keberhasilan Indonesia mengendalikan penyakit ikan.

“Saat ini Indonesia telah menerapkan sistem biosekuriti nasional yang ditujukan untuk mengurangi resiko introduksi ataupun penyebaran penyakit ikan.

Hal ini dimulai dengan kerja sama dengan FAO dalam pengembangan On-Farm Biosecurity and Best Management Practice di tahun 2015, dan telah diadposi hingga saat ini,” terang Slamet.

“Atas keberhasilan itu sekaligus untuk memperkuat sistem tersebut, upaya perbaikan terus dilakukan, salah satunya adalah melalui kerja sama proyek yang sedang kita kerjakan bersama FAO dan negara Norwegia ini,” lanjutnya.

Proyek ini tidak terlepas dari upaya untuk menjawab isu ketahanan pangan seiring permintaan masyarakat dunia akan produk perikanan budidaya yang terus meningkat pesat, di mana penduduk dunia pada tahun 2050 diproyeksikan mencapai 9,7 miliar jiwa.

Melalui kerja sama ini, Indonesia berharap pengelolaan kesehatan ikan untuk mendukung sektor akuakultur makin kuat dan berbasis pada teknik atau metodologi yang berstandar internasional.

“Sehingga status kesehatan dapat dikelola secara berkelanjutan yang akan berdampak pada penguatan ketahanan pangan, perbaikan nutrisi, dan pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.

Saat ini, ruang lingkup proyek yang telah disepakati yakni pelaksanaan percontohan surveilan penyakit EHP (Enterocytozoon Hepato Penaeid) pada udang.

Teknik surveilan penyakit ini menggunakan metode 12 point cek list. Kabupaten Jembarana Provinsi Bali terpilih sebagai lokus kegiatan ini.

Melalui metode ini diharapkan dapat mengindentifikasi faktor risiko penyakit dan dapat menyempurnakan sistem biosekuriti nasional khususnya dalam praktik budidaya udang.

Sedangkan penguatan kerangka hukum dalam pengelolaan kesehatan ikan yang berkelanjutan dilakukan melalui sosialisasi metode progressive management pathway, aquaculture biosecurity, dan anti-microbial resistance.

Selain itu juga akan dilakukan surveilan Epidemiologi oleh narasumber FAO kepada perwakilan otoritas bidang pengelolaan kesehatan ikan Indonesia.

“Kami telah melakukan diskusi internal bahwa jenis penyakit ikan yang dipilih untuk pelaksanaan percontohan surveilan yakni penyakit EHP pada udang vaname.

Pertimbangannya penyakit EHP merupakan penyakit berbahaya penyebab pertumbuhan udang menjadi terhambat. Pertimbangan lainnya karena udang vaname adalah komoditas ekspor,” terang Slamet.

“Saya berharap melalui kerja sama ini terjadi peningkatan kapasitas pengaturan sistem biosekuriti akuakultur secara nasional utamanya untuk kegiatan surveilan penyakit ikan dan khususnya untuk masyarakat pembudidaya udang.

Di samping itu agar diketahui prevalensi keberadaan penyakit EHP pada udang. Hingga akhirnya metode ini dapat digunakan untuk mengukur prevalensi penyakit ikan jenis lainnya,” Slamet berharap. (zal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *