Mengenang Prof. Dr. I Gde Parimartha, : Desa Adat dan Dinas Mestinya Ibarat Suami-Istri

0

Prof. Gde Parimartha/Dok. facebook

Denpasar – Keberadaan desa adat dan desa dinas seharusnya tidak dipertentangkan, tetapi menjadi pasangan yang serasi ibarat suami istri.

Demikian terungkap dalam kegiatan Diskusi Mengenang Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A Warmadewa Research Centre (WaRC) dalam rangka Ulang Tahun ke-37 Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali yang digelar di Denpasar pada Jumat (16/7).

Akademisi Universitas Udayana Prof. Dr. I Putu Gede Suwitha, S.U yang hadir sebagai narasumber mengungkapkan bahwa Prof, Parimartha merupakan salah satu sosok yang berjasa dan memiliki komitmen kuat dalam melestarikan desa adat. Beliau juga mengingatkan untuk tidak mempertentangkan desa adat dan dinas.

Bold Riders Bali Anugerahi Komunitas Motor yang Turut Majukan Industri Kreatif

“Ini harus memahami secara benar desa adat tidak bisa diotonom, harus steril. Tapi sebisa mungkin jangan terlalu diintervensi. Desa dinas adalah desa yang melengkapi jadi tidak perlu dipertentangkan. Dualistis saling melengkapkan tidak dualisme, bagai suami dan istri begitu istilah Prof Parimartha” kata Suwitha.

Menurut Suwitha, sejak awal Prof, Parimartha menggagas desa adat tidak otonom penuh, tetapi bebas dari intervensi. Hal ini merupakan sumbangan terbesar beliau secara akademis bagi pembangunan Bali kedepannya.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh akademisi Universitas Udayana lainnya yaitu Prof. Dr. Drs. A.A. Bagus Wirawan, S.U. Bagus Wirawan menegaskan konsep desa adat yang ditawarkan Prof Parimartha adalah otonomi terbatas. Otonomi yang sinergis dengan leembaga lainnya, bisa horizontal dengan Lembaga yang ada di masyarakat, menjadi vertikal dengan Lembaga yang ada di atasnya.

Final Piala Presiden Esports 2021 di Bali Siap Sajikan Persaingan Sengit Para Atlet & Tim Terbaik Tanah Air

“Itu adalah salah satu pemikiran beliau yang saya ajak merumuskan nilai-nilai kewarmadewaan, nilai-nilai Sri Kesari Warmadewa yang sudah kita abadikan dalam bentuk spirit warmadewa ada patung Saptabayu, lagu Saptabayu dan 7 kekuatan yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bagian seluruh civitas akademika Warmadewa” papar Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Provinsi Bali Dr. Drs. A.A. Oka Wisnumurti, M.Si.

Wisnumurti mengenang Prof Gde Parimartha sama artinya menghadirkan kembali pemikiran-pemikirannya yang disumbangkan baik dalam bentuk buku, seminar, makalah maupun diskusi-diskusi sehari-hari.

“Ketika saya menempuh S3 Beliau adalah promotor saya. Walaupun saya begitu dekat dengan beliau secara pribadi, namun ketika bimbingan beliau adalah salah satu yang memperlambat proses tamatnya saya. Kedekatan itu bukan berarti kita bisa minta fasilitas untuk bisa cepat selesai” kenang Wisnumurti. (mul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *