Headlines

Batasi Waktu Untuk Anak Berinteraksi dengan Gadget

Tabanan – Penetrasi dunia digital yang begitu luas dari tahun ke tahun tak hanya di lingkungan orang dewasa dan remana milenial saja, tetapi juga kalangan anak-anak. Dan ini harus lebih diwaspadai karena selain banyak manfaat yang bisa diambil, dunia digital juga memunculkan sejumlah sisi negatif.

Untuk itu, menurut Made Dewi Sariyani S.ST.,M.KES, Ketua STIKES Adavaita Medika Tabanan dalam Webinar Literasi Digital wilayah Tabanan, Bali pada Rabu 7 Juli 2021, anak-anak harus dihindari dari pengaruh buruk dunia digital.

“Memang semua pembelajaran saat ini harus memakai dunia digital. Dari survei dikatakan juga bahwa 90 persen anak anak sudah berinteraksi dengan media digital. Karenanya butuh pendampingan bagi orang tua dalam saat anak menggunakan media digital di dunia maya,” ujar Dewi Sariyani dalam webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. 

Lebih lanjut kata Dewi, ada sejumlah alasan kenapa orangtua wajib mendampingi anak-anak di dunia maya. Salah satunya adalah karena anak anak ada di masa meniru.

“Sesuatu yang mereka anggap bagus pasti mereka ikuti sehingga harus dibatasi waktu untuk mereka berinteraksi dengan gadget. Jika kita tidak bisa batasi maka akan berdampak pada saat remajanya nanti,” imbuh Dewi.

Menurut Dewi, dengan mendampingi anak saat memegang gadget, maka orangtua bisa mengarahkan anak dan bisa memberi tahu mana hal baik untuk ditonton mana yang tidak boleh.

“Jika anak tidak diberikan batas waktu untuk memegang gadget maka akan kecanduan yang ujungnya bisa depresi. Usahakan hanya mengijinkan anak memegang gadget di luar urusan sekolah pada hari Sabtu dan Minggu saja,” saran Dewi.

Dewi juga mengatakan banyak manfaat yang bisa didapat dengan mendampingi anak bergawai. Seperti anak bisa lebih efisien mengerjakan tugasnya saat didampingi. Selain itu anak tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah serta menghindari praktek cyber bullying.

Pembicara lain Driana Rini mengatakan yang juga penting diterapkan dalam memegang gawai ataupun saat bermedsos adalah bagaimana menghargai konten orang lain.

Ia menyarankan penting juga untuk memberi apresiasi dengan like atau jempol atau love jika memang unggahan itu positif dan baik serta bermanfaat.

“Selain memberi apresiasi, bisa juga memberikan saran dan kritik yang membangun. Serta harus diingat juga adalah untuk menghindari pembajakan dengan menggunakan konten bajakan dan meminta ijin jika ingin menggunakan karya orang lain. Terinsapirasi itu boleh namun jangan menjiplak,” imbuhnya.

Yang juga penting adalah menahan diri jika melihat postingan yang tidak kita suka. Salah satu caranya yang paling positif adalah dengan ‘diam’ dan tak perlu mencaci , melabeli atau menggunakan kata kata yang merendahkan dalam berkomentar.

“Jika ada postingan yang tidak kita suka, tinggalkan saja karena barangkali anda bukan pasar dari konten tersebut. Tak semua konten bukan untuk kita atau dengan kata lain kita bukan target market si kreator. Jika kita tidak mau memberikan kritik membangun maka tinggalkan saja. Jangan merendahkan orang lain karena belum tentu kita bisa membuat karya seperti itu.”

Selain Driana dan Dewi juga hadir para pembicara lainnya yaitu Silvia Kartika, Assistant vice President,Ecosystem & business Development Bank DBS Indonesia, Dr.Anak Agung Nyoman Sri Wahyuni, S.E.,M.Si, Dosen STISIP Margarana Tabanan dan Key Opinion Leader:Nard  GEISHA.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *